My story

Wellcome to my blog\(>.<)/

Minggu, 23 Oktober 2011

Cahaya Seusai Hujan

Satu cerita pendek buat #Anniv1StRFM lagi ah XD
Tapi ini pendek banget, kritik dan saran ya :D




Cahaya Seusai Hujan


Rintikan hujan turun sepanjang hari ini, aku duduk di depan jendela kamarku. Aku merasakan rasa rindu yang menyelubungi hatiku, aku merindukan sahabatku, Rio. Waktu begitu cepat berlalu, kita sudah menginjak kelas XII, dan akan lulus, dan berpisah? Betapa menyakitkannya membayangkan semua itu. Hujan deras yang mengguyur bumi semakin membuatnya pilu. Deru angin sesekali menghempias jendela kamarku. Rio..mengapa aku begitu enggan untuk menjalankannya? Perpisahan yang nantinya akan menerja?

***
Pagi itu sangat sejuk, bahkan boleh dibilang sangat dingin. Beberapa minggu ini bandung memanglah sangat dingin.
"Pagi nona manis!"Seseorang menyapaku. Sesosok wajah yang tak asing lagi bagiku sekitar enam bulan lalu. Ia baru saja turun dari mobil papanya. Mata indahnya berbinar binar ketika mendekatiku bibirnya melukis seulas senyum, hingga jantungku ikut berloncatan menari-nari. Tenang Ify, ia sahabatmu, bukan kekasihmu. Tepisku cepat saat itu.
"Pagi juga.."Jawabku kemudian. Oh, teman sebangkuku itu sangat tampan. Tak salah, bila sejak kepindahannya kesekolahku, selalu diincar gadis-gadis cantik.
"Kedinginan yo? Belum tahan juga dengan udara kotaku?"Tanyaku mencoba memecah hening yang tercipta sejenak.
"Ya. Untung ada senyum manis yang menghangatkan pagiku"tukasnya sedikit menggigil. Kulihat kau menautkan kedua tanganmu, dan menggosokkan-gosokkan pelan.
"Ih, pagi-pagi uda gombal aja,"balasku cepat. Duh, kenapa jadi GR ya?
Lalu kami pun beriringan menuju kelas. Melewati pohon beringin tua dengan akar gantung yang menjuntai ke tanah. Hmm.., sejuknya. Bunga-bunga di taman sekolah mulai bermekaran, menyambut mentari yang muncul pelan ke penjuru persada. Seperti gadis remaja yang malu bertemu kekasihnya. Beberapa siswa sudah berdatangan. Kulirik jam tanganku, pukul 6 lewat 10 menit. Masih terlalu pagi. Tapi sekarang hari senin, waktunya upacara bendera.
Kelasku berada agak jauh dibagian paling ujung, setelah melewati ruang demu ruang, nuansa dinding bercat biru menambah cerah sekolahku. Sampai dimulut pintu, bel masuk tanda upacara pun berbunyi. Kami segera berhamburan ke lapangan upacara. Tiba-tiba kurasakan nyeri diperut. Makin lama makin sakit. Selanjutnya aku tak tau apa yang terjadi. Pada saat membuka mata, kulihat ruangan yang serba putih dan aroma obat yang menyengat. Aku tergolek di UGD Rumah Sakit. Kata pak Atok aku pingsan hampir satu jam. Dokter memeriksaku dengan intensif. Setelah selesai beliau memberi resep untuk ditebus ke apotek. Ruangan kami kembali sepi, karna pak Atok menghubungi orang tuaku. Tinggal aku ditemani Via dan Rio..
"Ify? Kamu sudah sadar?"Pedar-pedar bahagia terpancar dimata Rio, melihat aku sudah siuman.
"Minutm dulu tehnya. Sini aku bantu.." Rio mengulurkan gelasnya padaku, dan membiarkan aku minum beberapa teguk. Tiba-tiba tanganku gemetar, dan gelas itu hampir terjatuh. Dengan sigap, rio menangkapnya. Saat itu tanganku dan tangan rio tak sengaja saling bersentuhan.
Entah apa yang difikirkan Via? Ia tersenyum simpul, sembari berdehem menggoda Rio. Dengan buru-buru kutarik tanganku. Pipiku terasa panas karena malu.
***
Petir menyambar halaman samping rumahku. Aku tersentaj dari lamunan. Rio, kau begitu baik. Kau sahabat paling menyenangkan. Namun kebaikanmu makin lama makin menyakitiku. Tanpa kusadari hatiku pun terbawa olehmu. Kedekatan kita setiap hari, menimbulkan buih-buih rindu. Akankah seperti buih di lautan yang hilang dihempas gelombang?
Kuintip hujan tirai jendela. Masih menyisakan gerimis kecil bercampur angin semilir. Dingin merambati tubuhku, juga hatiku. Tiba-tiba aku teringat sweater cokelat bergaris horizontal, pemberian Rio pada hari ulang tahunku.
'Aku menabungnya dengan uang jajanku selama satu bulan untuk membeli ini, pakailah fy..'
Kudekap erat jaket itu sepenuh hati. Seperti ada sesuatu yang mengiris hatiku. Beginikah rasanya rindu? Dari arah depan, kudengar seseorang mengetuk pintu. Kuseret langkah yang terasa berat sambil menyusut air mata. Saat pintu kubuka, sebuah senyum mengambang dihadapanku. Mengenakan kemeja bermotif kotak setengah lengan, serta celana jins biru membalut tubuhnya.
Aku terpana sejenak.
"Rio..liburan belum habis, kamu sudah datang?"Tanyaku bodoh.
"Tak bolehkah aku merindukan sahabatku? Berjauhan denganmu sangat membosankan. Aku merindukan nona manisku.."
Aku tak bisa berkata-kata lagi. Kulihat cayaha berkilauan di bening matanya. Cahaya rindu yang kuinginkan selama ini. Langit pun menjadi terang seusai hujan. Seterang hatiku yang bercahaya..

The End

Selasa, 18 Oktober 2011

Buku Lama..

Buku Lama..

(RIFY STORY WRITING#Anniv1stRFM)

 

 

Pernah kah kau mengingatnya?

 

Aku menyentuh tuts-tuts didepanku. Terdengar not-not yang saling berhubungan ditelingaku. Perlahan, aku sedikit mempercepat pergerakan jari-jariku. Alunan-alunan yang begitu lembut, mengalir begitu saja membentuk lagu symphony Schubert. Aku menghentikan gerakan jariku diakhir lagu. Kelopak mataku terbuka. Aku melihat sekeliling. Hampa, hanya ada aku sendiri diruangan ini. Apa tadi malam aku bermimpi lagi? Sepertinya itu semua mimpi. Berharap sesosok sabahat yang kurindukan kembali? Datang dan tersenyum lagi padaku? Mungkin ia kini sudah terlalu sibuk dengan kehidupannya yang baru. Kurasa cukup mendengar ia bahagia, ia tersenyum dilayar telivisi.

Aku menyentuh tuts-tuts itu kembali, merasakan nada-nada indah mengalun, seperti menari-nari, membentuk symphony. Jariku sedikit bergetar, kutumpahkan segala emosi, curahan hati, serpihan kerinduanku di setiap tuts yang kutekan. Nada-nada yang sederhana, tidak istimewa tapi berbeda.

 

‘Tek’Suara pintu itu menyadarkanku.

“Maaf non ify bila saya mengganggu?”Kata Bi Minah dengan nada sedikit tidak enak.

 

“Ga papa kok bi, ada apa ya?”Tanyaku tanpa mengubah posisiku.

 

“Ini non, bibi cuma mau ngasih surat yang tadi di antarkan kesini”

 

“Taruh di meja aja bi”Ucapku, Bi Minah menaruh beberapa lembar surat diatas meja.

 

“Saya permisi dulu non”Bi Minah keluar. Aku  menghela nafas panjang lalu menggerakan kursi rodaku menuju setumpuk surat yang diletakkan diatas meja tersebut.

Aku, Alyssa Saufika yang biasa dipanggil Ify. Aku terlahir seperti anak lainnya, tapi saat berumur 7 tahun aku mengalami kecelakaan yang membuatku duduk dikursi roda hingga kini.

Perlahan ku teliti surat-surat itu, tak ada, tak ada surat darinya..Tunggu dulu? Apa itu? Sebuah surat jatuh dari tangaknku ke pangkuanku, aku mengambil surat tersebut dan membukanya.

***

Kertas-kertas yang telah kusam

 

 Seorang gadis dengan seragam putih abu-abu membaca buku sendirian diatas kursi rodanya, tiba-tiba bukunya direbut.

“Hei itu bukuku!”Ucap gadis itu, Ify.

 

“Kenapa emangnya? Lo mau ambil ini? Ayo ambil..”Gadis yang merebut buku ify itu memegangi buku ify didepan wajahnya sehingga ify tak dapat meraihnya.

 

“Please mi, balikin bukuku”Kata Ify dengan nada sedikit memohon. Gadis itu, Misya, semakin tertawa.

 

“Kenapa? Ga bisa ngambil ya? Oh iya gue lupa lo kan CACAT, hahaha”Ify sedikit menunduk.

 

‘Tak’ Seseorang merebut buku itu dari tangan Misya.

 

“Yaampun Misya, kenapa sih lo itu selalu aja ngegangguin Ify?”

 

“Bukan urusan lo yo”kata Misya pada Rio.

 

“Apa jangan-jangan lo iri lagi sama Ify?”Kata Rio.

 

“Iri? Please deh yo, masa gue iri sama si Cacat itu?”

 

“Jaga omongan lo, kalo bukan iri apalagi?”

 

“Serah lo deh”Misya memutuskan untuk tidak berurusan lebih panjang dengan Rio dan pergi.

 

“nih fy, buku lo”Rio memberikan buku itu pada Ify.

 

“Thanks yo”

 

“Udahlah fy, gausah sedih gitu, kan ada gue! Sahabat lo yang akan selalu ada buat elo!”Kata Rio sambil menunjukan senyum ramahnya, perlahan senyum terukir diwajahku.

 

“Iya yo”

***

Pagi itu ulang tahun Ify ke 17.

 

“Hari ini gimana kalo kita ngerayain ultah lo di cafe fy? Pulang sekolah.”Kata Rio

 

“Yakin yo?”Ify sedikit ragu.

 

“Pasti! Gue janji deh”Dua remaja itu melingkarkan kedua jari kelingking mereka.

 

“Janji kelingking”ucap mereka bersama lalu tertawa bersama.

***

Kumpulan kertas-kertas yang mengisahkan cerita

 

“Mario, apa kamu baru menciptakan lagu ini?”Tanya seorang wartawan pada Mario, atau yang lebih sering dipanggil Rio.

 

“Engga, saya menciptakannya dulu saat masih SMA”kata Rio sambil tersenyum.

 

“jadi pengen dengar, bisa kamu nyanyikan sedikit?”

 

“tentu,” “Semoga dirimu disana kan baik-baik saja untuk selamanya disini aku kan selalu rindukan dirimu”Suara yang sangat lembut itu mengalir begitu saja dari mulut Rio. Entah mengapa lagu itu membuatnya termenung sejenak.

 

“Oh iya, lagu itu terispirasi dari siapa nih?”

 

“...Dari sahabat baikku,”

 

“Wah, RISE pasti ga sabaran nonton konser kamu dua bulan lagi..ya kan mario?”

 

“Eh, iya, jangan lupa nonton ya dua bulan lagi”Rio embali menunjukan senyumnya. Pikirannya tidak konsen akhir-akhir ini. Hingga wawancara selesai rio kembali ke kamarnya dan menghempaskan tubuhnya. Tanggal berapa nih? Pikirnya sambil melihat Blackberrynya. 23 Oktober? Rio memejamkan matanya.

***

Memori tentang masalalu

Yang mungkin sudah tak kau ingat lagi

 

Ify menggerakan kursi rodanya kearah rio yang sedang tersenyum kearahnya. “Ifffyy!!”Rio melambai-lambaikan tangannya, Ify tersenyum kecil sambil menjalankan kursi rodanya.

 

“sudah siap tuan putri?”Tanya rio.

 

“Kok tuan putri?”

 

“Gapapa kan?”

 

“iyaiya”Ify mengangguk-ngangguk.

 

“Yaudah yok, nanti kesorean”Rio mendorong kursi roda Ify yang tersenyum penuh kebahagiaan.

 

“RIOOO!”Rio menghentikan langkahnya dan berbalik, sosok Alvin muncul disana.

 

“Kenapa vin?”Tanya Rio

 

“kontes pencarian bakat itu dipercepat, hari ini..limabelas menit lagi”Kata Alvin yang membuat Rio sangat terkejut.

 

“Tapi..”Rio sedikit melirik Ify.

 

“Tapi kenapa lagi sih yo?”Alvin sedikit sebal. Ify melirik kearah Rio lalu sedikit menunduk. Ify tau, kontes pencarian bakat itu telah ditunggu-tunggu oleh Rio,  sudah lama ia berlatih untuk kontes ini. Apa Ify akan rela membiarkan sabahatnya ini membuang mimpinya hanya demi dirinya semata?

 

“Tapi..gue sudah..”

 

“Rio akan pergi”Potong Ify. Rio menoleh pada sahabatnya itu.

 

“Ify?”

 

“Kamu pergi kan yo ke kontes itu? Kamu akan memenangkannya kan?”Ify menatap Rio dengan senyuman yang terukir diwajahnya.

 

Meski sedikit ragu Rio tersenyum,

“Yaudah, kalo gitu aku pergi dulu ya fy, aku janji bakal datang nanti tanggal 24 Oktober!!”Ucap Rio sambil pergi meninggalkan Ify.

 

Ify diam ditempatnya Aku akan menunggu yo, sampai tanggal 24 Oktober batin Ify.

***

Ingatkah kau? Buku lama yang kau tinggakan

 

Empat tahun lamanya aku terus menunggu, ini sudah keempat kalinya ’24 Oktober’ berlalu. Aku diam menatap surat didepanku. Apa kau sedang bermimpi alssya? Perlahan kubuka amplop surat itu.

 

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ify,

Aku akan datang, ingat kah? Aku berjanji akan datang, 24 Oktober..

Aku harap kamu ingat..

Semoga dirimu disana kan baik-baik saja..untuk selamanya..

Disini aku ‘kan selalu Rindukan dirimu..wahai sahabatku..Rindukan dirimu..

 

Sahabatmu,

Rio J

------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

Benarkah ia yang mengirimkan ini? Tapi ini sudah tanggal 24 Oktober. Apa ia hanya berbohong padaku? Apa ia tak datang lagi?

Aku berjalan dan duduk di depan pianoku.

Aku menekan tuts-tustsnya.

 

Semoga dirimu disana kan baik-baik saja..untuk selamanya..

Disinii..

 

Aku menghentikan nyanyianku, tak sanggup melanjutkannya, airmataku mulai meetes.

 

Disini aku kan selalu rindukan dirimu..Wahai sahabatku..

 

Suara itu? Aku berbalik dan benar sosok itu, Rio, sahabatku. Rio berlari kearahku, sedikit berjongkok dan memelukku. Seketika aku tau, aku sangat merindukannya, sangat amat merindukannya, sahabat terbaikku, Rio. Rio melepaskan pelukannya.

 

“maaf fy, gue gapernah datang, ini sudah empat tahun lamanya dan gue...”Aku menempelkan jari telunjuku ke bibirnya.

 

“Kamu tau? Aku ini ‘buku lama‘ yang selalu mengharapkan kedatanganmu, buku lama yang berharap kau membukaku seperti dulu,tapi? Hei, aku ini hanya buku lama yang berisi kertas kertas kusam, tidak menarik dan aku ini hanya buku lama yang merindukan sahabatnya.. ”Rio kembali memelukku.

 

“Dan kau tau? Kau adalah buku lama yang selalu berada dihatiku, sahabatmu..”bisik Rio.

 

 

***

Kini aku menekan tuts-tuts pianoku, tersenyum dan menyanyi bersama sahabatku, Rio.

 

berjanjilah wahai sahabatku

bila kau tinggalkan aku tetaplah tersenyum

meski hati sedih dan menangis

ku ingin kau tetap tabah menghadapinya

 

bila kau harus pergi meninggalkan diriku

jangan lupakan aku

semoga dirimu di sana 

kan baik-baik saja untuk selamanya

di sini aku kan selalu rindukan dirimu

wahai sahabatku

 

berjanjilah wahai sahabatku

bila kau tinggalkan aku tetaplah tersenyum

meski hati sedih dan menangis

ku ingin kau tetap tabah menghadapinya

 

bila kau harus pergi meninggalkan diriku

jangan lupakan aku

 

semoga dirimu di sana 

kan baik-baik saja untuk selamanya

di sini aku kan selalu rindukan dirimu

wahai sahabatku

 

bila kau harus pergi meninggalkan diriku

jangan lupakan aku

 

semoga dirimu di sana 

kan baik-baik saja untuk selamanya

di sini aku kan selalu rindukan dirimu

wahai sahabatku

 

rindukan dirimu..

 

 

 

Pernah kah kau mengingatnya?

Kertas-kertas yang telah kusam

Kumpulan kertas-kertas itu mengisahkan cerita

Memori tentang masalalu

Yang mungkin sudah tak kau ingat lagi

Buku lama..

Buku lama yang selalu mengharapkan kedatanganmu

Buku lama yang berharap kau membukanya seperti dulu

Buku lama yang merindukan sahabatnya

 

THE END

 

 

Mungkin kalian bertanya tanya kenapa aku tidak memberi judul 'RIFY STORY WRITING#Anniv1stRFM'? jawabannya adalah, aku merasa cerpen ini tidak pantas, disamping aku hanya amatiran-sangat amatiran- awalnya aku mengetik cerita ini, mengalir begitu saja, lalu pada akhirya masuklah unsur percintaan, karna memang ga boleh ada unsur itu, akhirnya aku delete dan kubikin dengan sistem kebut, jadilah karya gagal ini,

kritik dan saran ya :)

 

*kalo menurut kalian gapantas aku terima :) tapi kalo pantas makasih banyak*