My story

Wellcome to my blog\(>.<)/

Rabu, 21 Desember 2011

Thank you(Cerpen)


Thank you(Cerpen)



5 November 2007...

“Pagi Ify!”Sapa orang orang ketika aku lewat di koridor. Aku membalasnya dengan senyuman. Aku berjalan dengan baju putih abu abu, rok yang bebeapa senti diatas lututku, kauskaki putih sepuluh senti diatas matakakiku, dan sepatu hitam bercorak huruf ‘I’ yang berwarna biru. Warna favoritku.
“Pagi kakak”sapa beberapa adik kelas yang sebenarnya tidak kukenal.
“Pagi”Jawabku sambil tersenyum ramah. Setiap pagu aku memang selalu rutin melakukannya. Melewati koridor dan mendapat sapaan dari hampir semua orang menyapaku. Aku segera memasuki kelask XI ipa1. Sebagian orang orang dari dalam kelasku memang sudah dikenal hampir semua orang di SMK Tunggalika. Aku, Ify, Ify Saufika, adik dari Alvin Jonathan, dan merupakan gadis yang cukup...populer? bisa dibilang begitu, aku tak pernah berteriak teriak dan mengumumkan namaku, tapi orang orang mengetahui namaku, apa itu namanya populer? Mungkin.
“Pagi iyoo”Sapaku pada..ehem..teman sebangkuku.
“Pagi juga fy”Ia tersenyum.  Aku menatapnya dari ujung kaki sampai ujung kepala, aku mengedus kesal. Aku ambil sisir di kantung bajuku dan kusisir rambutnya.
“Lo itu lebih bagus klo rambutnya di turunin kayak gini, dari pada hamburadul kayak tadi”Aku terus merapihkan rambut Rio.
“Gini kan bagus”Kataku setelah selesai merapihkan rambutnya dan duduk.
“iya iya, cerewet aah”katanya sambil mencubit kedua pipiku.
“sakit tau”aku mengelus kedua pipiku yang sedikit memerah.
Rio. Rio stevano, teman sebangkuku sekaligus sahabat terbaik untukku. Aku menyayanginya, ia pun begitu, kami sahabat. Sebenarnya aku ragu, ragu akan persahabatan kami yang ‘nampak’ sempurna itu. Karena ada perasaan lain yang muncul, sedikit demi sedikit mengendap, rasa sayang yang diberikan mulai memiliki maksud yang berbeda.

“Aku sayang kamu, lebih dari seorang sahabat, aku mencintaimu.”Hidupku berubah semenjak mendengar kata kata itu. Aku tau tak mudah untuk mengucapkannya, tapi tak mudah juga untuk menerimanya.
Rio menyatakan sesuatu yang telah kuduga sebelumnya. Yang kupikirkan saat Rio mengucapkannya hanyalah ‘persahabatan diantara kami’ akan rusak.
“Sudahlah, gue gak mengharapkan lo menjawab ‘itu’ tadi, kalau bisa lo lupakan juga gapapa. Tapi jangan pernah lo jauhin gue. Gue sayang sama lo, apapun yang terjadi”Rio membalikkan tubuhnya, aku tak tau apa yang harus kulakukan. Aku memeluknya dari belakang. Aku menangis, tetesan airmata jatuh. Aku menyembunyikan wajahku di tubuhnya. Tak satupun kata yang keluar dari mulutku, tak ada jawaban, amarah, makian. Setelah cukup tenang aku melepaskan pelukanku. Rio berbalik dan tersenyum padaku.
“Balik yok”Katanya. Semuanya menghilang, seakan kejadian tadi itu telah terhapus dari ingatannya, ia tersenyum. Aku membalas senyum itu.
“Ga ah, kita kebawah sana dulu ya... aaku capek, ngantuk”kataku sambil menunjuk sebuah pohon yang rindang. Rio menarik tanganku dan membawaku kesana. Kami duduk bersandar di batang pohon tersebut. Kusandarkan kepalaku kepada pundak Rio, Rio memejamkan matanya. Mengapa semuanya sangat dan begitu sulit? Aku tertidur. Tertidur dengan sangat lelap.
Samar samar ku dengar ‘Thank you’.
***
24 Juni 2008...

Yang ku pikirkan saat itu hanyalah persahabatan yang abadi, kehidupan yang terus penuh senyuman persahabatan. Aku merasa bodoh, sangat bodoh. Aku tak sedikitpun memikirkan tentan...perasaan.  Bukan perasaan rio, tapi perasaanku. Awalmya aku merasa, ini hanya arna terbawa moodku yang memang sedang kacau, tapi akhirnya aku mengerti. Sedikit perasaanku mengharapkannya, hatiku mulai luluh, tumbuh perasaan yang selama ini kutakutkan. Aku mencintainya.

“Iyoo!”Teriakku. Ku lihat Rio menutup kedua telinganya dengan tangannya. Aku berlarian kearahnya.
“Ga bisa apa datangnya  ga pake teriak teriak? Budek nih kuping gue!”Kata  Rio. Aku hanya melihatkannya cengiranku.
“Hehe.. Maaf deh, kenapa sih lo? Gue liat dari jauh ngelamun mulu.. Pasti ada masalah kan? Kalo ada masalah cerita donk!”Cerrocosku.
“Gak, bukan masalah besar kok fy, cuma..”Ucapnya terputus.
“Cuma apa?”Tanyaku gemas
“Cuma ini...”Rio menunjukkan sebuah surat. Aku mengambilnya dan membacanya. Aku terpaku. Surat ini, surat beasiswa untuk Rio dari ‘Arius college’ kuliahan yanng cukup bergengsi, seharusnya aku senang, memberi selamat pada rio. Tapi mengapa rasanya begitu sesak.  Aku akan masuk ke Kuliahan yang berbada dengan rio, untuk pertama kalinya, aku akan masuk ke suatu sekolah yang berbeda dan tak ada sosok seorang Rio.
“Congrat”Aku memeluk rio saat itu juga. Aku memeluknya, tetesan airmata kembali membasahi pipiku, mungkin air ata yang mengalir ini tak disadari Rio, dan kuharap ia takkan pernah menyadarinya.
“Thank you...”Ucapnya.
“Gua akan selalu ingat elo kok ify...lo...sahabat gue J sahabat terbaik gue J”Kata kata itu semakin menyesakkan dadaku. Lupakan IFY! LUPAKAN PERASAANMU! INI SEMUA SALAHMU! KAU YANG BODOH DAN EGOIS SEBELUMNYA! INI AKIBAT DARI PERBUATANMU! Hatiku berteriak senyaring nyaringnya.
***
9 Juni 2010...

Dua tahun kini telah berlalu, hidupku rusak! Hidupku hancur! Cobaan datang berterus terus, sakit dan air mata kini telah menumpuk, menggumpal di hatiku. Sudah setahun ini aku sering pingsan, kepalaku sakit, rasanya seperti mau pecah, sakit hingga aku tak dapat menahannya. Kira kira satu minggu lalu aku menerima berita kesehatanku. Aku menderita penyakit, penyakit yang cukup jarang, penderita penyakit ini hanya satu dibanding satu juta lima ratus ribu, tapi meski begitu aku menerima kenyatan bahwa aku menderita penyakit kronis ini. ‘tumor otak’ atau yang sering disebut ‘kangker otak’ dan sudah memasuki stadium tiga. Sakit rasanya mendengar itu semua, belum lagi dengan fonis para dokter yang mengatakan bahwa aku takkan bertaha lebih dari satu tahun.
“Ify, kamu ngapain disini”kokoku, ko alvin memasuki kamarku.
“Aku cuma liat liat kok, ko”
“kamu masih sedih ya,”
“gak kok”suaraku bergetar.
“Ify..”ko alvin sedikit mendesah.
“aku Cuma ga terima kak, aku gaterima seenaknya ‘orang orang itu’ mengatakan aku takkaan bertahan, emang mereka pikir mereka siapa! Mereka bukan Tuhan!”Kata kata itu dengan mudahnya keluar dari bibir pucatku.
“Makanya Ify yang kuat ya, Ify pasti bisa sembuh kok”kata ko alvin lirih. Aku berusaha tersenyum meski sangat sulit, senyum perih, hanya itu yang mampu ku berikan. Meski tersenyum air mataku tetap mengalir, selirih hatiku...
Dua hari yang lalu, aku mendapat email dari Rio. Dia memang kadang mrngirimiku pesan email, paling cepat dua minggu sekali. Ia mengirimkan fotonya dengan seorang gadis. Gadis itu berdagu lancip sepertiku, ia cantik, sangat manis, rambutnya panjang sepertiku, namanya Alssya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Fy, ini foto Alyssa, pacar gue. Cantik ga? Dia mirip banget sama lo fy, walau ga sebawel elo... hehehe.. eh iya, kenapa lo ga pernah ngebales email gue sih? Ga kangen sama sahabat lo ini? Pasti sibuk ya dengan buku novel yang dari kita sekolah dulu pengen lo buat? Kalo uda terbit jangan lupa kabarin gue ya ;D..dari sahabatmu rio,,(7 Juni 2010)
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Beberapa saat aku tak bergeming membaca email itu. Rasanya sebuah pedang menusuk dadaku setiap mambaca kata ‘sahabat’. Aku memang tak pernah membalas email dari Rio. Setiap email yang ia kirimkan ga pernah lepas dari kata ‘sahabat’ dan itu sangat membuatku tertekan.
Buku yang ia bicarakan itu adalah buku karyaku, sudah seperti diaryku, dimana aku menceritakan kisah-kisah, yang beberapa unsurnya kuambil dari yang kualami dan sebagian besar merupakan hasil imajinasiku. Awal ceritanya penuh keceriaan, candaan, dan tawa. Tokoh itu seperti tak memiliki beban, berbohong, berpura-pura, semuanya selalu berjalan lancar, tapi tidak berakhir sampai disitu, mimpi yang hancur,kenyataan yang menyakitkan, kurasan airmata mulai muncul di ceritanya semenjak aku mengalaminya sendiri, demi menjaga ikatan persahabatan aku membuang cinta yang sebenarnya aku menghancurkan persahabatanku sendiri. Semuanya tak terjadi sesuai dengan yang diharapkan. Itulah dimana kehidupan itu dimulai...
***
15 Desember 2011..

 “Demi mempertahankan ikatan persahabatan.....”gumam Rio sambil menggenggam jari jemari gadis yang sedang terbaring dengan bibir pucat dihadapannya. Ify Saufika.
“membuang cinta dan menghancurkan persahabatan...”sambung Alvin di belakang Rio.
“Buku yang hebat fy”Rio menempelkan bibirnya di jari jemari Ify lalu melepaskannya.
“Mimpi kamu menjadi kenyataan fy, kamu memang penulis yang hebat, koko bangga sama kamu”kata Alvin sambil memegang sebuah buku yang cukup tebal, kira kira hampir melebihi empat ratus halaman, dengan cover berwarna biru.

Sekitar limabulan yang lalu, Ify menyelesaikan buku novelnya. Tepat saat ia mengsave datanya, ia terjatuh, tergulai di lantai kamarnya dengan bibir yang pucat dan badan yang lemas. Alvin yang baru menemukan Ify dilantai kamarnya sedikit melebarkan matanya.
“Fy...Ify...Jawab koko Fy!”Alvin sedikit menggoyangkan tubuh mungil Ify, lalu segera ditelponnya ambulan.
***
9 September 2011...

Satu minggu setelah Ify koma dan tak sadarkan diri, Alvin berdiam dikamar ify. Ia menatap laptop yang masih terbuka, mati karna kehabisan batrai, itulah posisinya seminggu ini. Perlahan, ragu, alvin mencucukkan carger laptop apple Ify. Setelah itu Alvin mengturn-on laptop tersebut. Ia sedikit terkejut menatap yang ada dihadapannya kini, terbuka sebuah file. Berisi 97page yang berjudul ‘Thank you’.Alvin membacanya. Sedikit terdiam setelah membaca halaman-halaman terakhir. Dan yang paling akhir.

Koko Alvin, mungkin saat koko membaca karya ify ini ify sudah berada di dalam keadaan tak sadarkan diri..atau mungkin telah pergi..entah ify akan kembali, atau pergi untuk selamanya..ify punya satu permintaan ko, tolong lanjutkan mimpi ify untuk menerbitkan karya ify ini, dan setelah itu tolong kabari Rio kalau bukuku sudah terbit.. _Ify_Thankyou... :)

Alvin langsung memprint data itu dan mengirimkannya pada penerbit, setelah itu Alvin menghubungkan laptop Ify dengan internet dan membuka e-mail Ify.
Disitu terdapat dua pesan baru masuk.

-------------------------------------------------------------------------------------------------
Ify, sori ya bulan lalu gue gak ngirimin e-mail ke elo. Gue sibuk soalnya, ini juga thx to alyssa yang bantu gue sampai sempat ngirim e-mai gue ke elo.. Gimana kabar lo sekarang? Tau ga fy, dari minggu lalu gue sealu mimpiin elo loh, kayaknya kangen..hehe..dari Sahabatmu..Rio(1 September 2011)
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Ify.. tumben-tumbenan kan gue cepet gini ngirimin e-mai ke elo.. soalnya gue lagi gelisah, gatau kenapa gue takut terjadi sesuatu sama elo. Plis untuk kali ini bales e-mail gue, sahabatmu..Rio(6 September 2011)
--------------------------------------------------------------------------------------------------

Rio..batin Alvin. Lalu Alvin meng-klik reply
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Rio, ini gue kokonya Ify, Alvin. Ify satu minggu lalu masuk rs. Dia koma dan sampai sekarang dia belum sadarkan diri, bisa lo balik kesini? Sepertinya Ify sangat mengharapkan kedatangan lo..( 9 September 2011)
--------------------------------------------------------------------------------------------------
***
Setelah pesan e-mail itu terkirim dan Rio membacanya, ia langsung memesan tiket untuk kembali ke Bandung yang paling cepat dan  berangkat ke bandung keesokan harinya. Saat itu tak ada yang dipikirkannya lagi, hanya Ify..Ify...sahabat terbaiknya..cinta pertamanya..cinta yang memiliki tempat khusus dihati Rio. Ify saufika.
***
16 Desember 2011..

Rio terus menemani Ify di ruang rawatnya sejak ia sampai di Bandung, hingga hari ini. Kini alvin dan Alyssa sedang duduk di kursi taman belakan rumah sakit. Jujur saja, sejak dulu, sebelum hingga sesudah alssya jadian dengan Rio, ia tau Rio mencintai Ify, Ify itu orang khusus yang juga sangat khusus dihatinya. Ia-alssya- memang sedikit cemburu dengan keadaan ini, bagaimanapun juga, ia adalah kaum hawa yang adamnya sedang bersama dengan gadis lain -yang memang ia cintai- bagaimana ia bisa tidak cemburu? Tapi, dalam keadaan sepeti ini ia tak pantas marah, jika ia marah maka ia akan memperburuk masalah yang ada..
Sedang kan Alvin, ia memandangi wajah Alyssa. Benar saja, wajah gadis didepannya ini sangat mirip 11/12 degan adik perempuannya. Lekukan-lekukan wajahnya, dagunya yang lancip, rambut panjangnya.. Benar benar seperti Ify. Tapi ada satu garis diwajahnya yang menunjukan rasa khawatir, sedih, marah, cemburu. Dan itu semua sangat jelas.
“Alyssa?”Dengan sedikit gugup alssya menoleh pada Alvin.
“Lo takut Rio direbut Ify?”Tanya Alvin dengan suara pelan agar Alyssa tak merasa tersinggung.
“Hahaha..Begitu jelas ya?”Terdengan tawa pahit yang sangat datar, lebih terdengar menyakitkan.
“Gue belum pernah dengar lo nyanyi, bisa lo nyanyi?”Kata Alvin sambil memandang ke depan. Alssya menghela nafas panjng lalu tersenyum dan memandang earah Alvin.
“Mau reques?”Tanya Alssya.
“Cinta kan membawamu kembali dari Dewa19, bisa?”Alyssa mengangguk, mengambil nafas panjang lalu mulai bernyanyi,

Tiba saat mengerti
Jerit suara hati
Yang letih meski mencoba
Melabuhkan rasa yang ada
Mohon tinggal sejenak
Lupakanlah waktu
Temani air mataku
Teteskan lara merajut asa
Menjalin mimpi hendak dan sepi sepi

Alyssa menghentikan nyanyiannya mendapati Alvin yang sedang melamun.
“Hey? Kak alvin?”Alvin sedikit kaget lalu menatap Alyssa. Bahkan dari suaranya, gadis didepannya ini sangat mirip seperti adik kesayangannya, mendengar Alyssa bernyanyi, ia merasakan De Javu yang maha dahsyat. Ify juga pernah menyanyikannya sambil bermain piano, beberapa minggu setelah kelulusan sekolahnya.
“Panggil koko aja”Ucap Alvin sambil tersenyum.
“iya, ko..”Ucap Alyssa agak kikuk.
“Masuk ke dalam yok,”Alvin berdiri dan Alyssa mengikutinya menuju keruangan Ify.
***
Alvin membuka ruangan Ify dan masuk kedalamnya bersama dengan Alyssa, mereka berdua terpaku. Rio menggenggam tangan Ify degan air mata yang berlinangan, stetoskop disebelah ranjang Ify menunjukan garis lurus yang panjang...
“Ify? Kok kamu gabangun bangun sih? Kok kamu tidur terus?”Rio berbicara dengan ify seolah ify masih berada di tubuhnya, ya, Ify telah pergi..
Alyssa menuntup mulutnya sambil menangis, Alvin menenteskan airmatanya sambil memandangi adiknya yang terbaring lirih, ingatannya bersama ify berputar dengan sangat jelas dipikirannya, bercanda, tertawa, menangis, semuanya. Saat ia sedih, Ify selalu bernyanyi sambil bermain piano untuk menghiburnya, dan kini sudah tiada lagi, Ify adalah satu satunya orang yang paling ingin dilindunginya, tapi kini?

“ga cape fy kamu merem terus? Kan gelap?”Rio terus berbicara, dan membuat Alyssa dan Alvin semakin terisak.
***
21 Desember 2011...

Terdengar dentingan tuts tuts piano yang dimainkan Alyssa, Hari ini, perkumpulan penggemar buku novel yang dibuat Ify berkumpul di suatu ruangan.  Untuk mengenang seorang gadis yang bernama ‘Ify Saufika’

dahulu kau mencintaiku
dahulu kau menginginkanku
meskipun tak pernah ada celaku
tak berniat kau meninggalkan aku

sekarang kau pergi menjauh
sekarang kau tinggalkan aku
di saat ku mulai mengharapkanmu

dan ku mohon maafkan aku
aku menyesal tlah membuatmu menangis
dan biarkan memilih yang lain
tapi jangan pernah kau dustai takdirmu
pasti itu terbaik untukmu
janganlah lagi kau mengingatku kembali
aku bukanlah untukmu
meski ku memohon dan meminta hatimu
jangan pernah tinggalkan dirinya
untuk diriku

sekarang kau pergi menjauh
sekarang kau tinggalkan aku
di saat ku mulai mengharapkanmu
dan ku mohon maafkan aku

aku menyesal tlah membuatmu menangis
dan biarkan memilih yang lain
tapi jangan pernah kau dustai takdirmu
pasti itu terbaik untukmu
janganlah lagi kau mengingatku kembali
aku bukanlah untukmu
meski ku memohon dan meminta hatimu
jangan pernah tinggalkan dirinya
untuk diriku..

Rio terdiam, tiba tiba terlintas di otaknya salah satu bagian di akhir novel yang dibuat ify. Entah mengapa kini ia merasakan hal yang sama seperti yang diungkapkan Ify dalam novelnya. Betapa hebatnya gadis itu..
***
Seandainya bisa, aku ingin terbang bersamamu dan burung-burung diatas sana. Aku ingin terus duduk bersamamu dibawah pepohonan. Aku ingin terus menggenggam jari jemarimu, berbagai rasa dan kehangatan.
Sayangnya, gravitasi menghalangiku. Putaran bumi yang menambah setiap detik di hari-hari kita, seperti lilin yang terus terbakar, tanpa terasa waktu kita tidak tersisa banyak. Semua terasa terburu-buru. Perpisahan pun terasa semakin menakutkan.
Aku rebah ditanah. Memejamkan mata kuat-kuat karna air mata yang menderas “aku masih disini”bisikmu selirih angin sore. Tapi aku tak percaya. Bagaimana jika aku membuka mataku nanti, kau benar-benar tiada?
***
tapi jangan pernah kau dustai takdirmu
pasti itu terbaik untukmu
janganlah lagi kau mengingatku kembali
aku bukanlah untukmu
meski ku memohon dan meminta hatimu
jangan pernah tinggalkan dirinya
untuk diriku..

Rio menutup kedua kelopak matanya, suara suara seolah terngiang dikepala Rio saat Alyssa menyanyikan ulang bagian akhir dari lagunya,

Terima kasih karna kamu telah mewarnai hari-hariku dulu, terima kasih karna kamu telah menjadi orang yang sangat berharga didalam hidupku, terima kasih karna kamu mau menjadi sahabat terbaik yang aku punya, terima kasih karna kamu telah membuatku mengerti arti cinta, terima kasih karna kamu telah mengajariku rasa sakit, terima kasih karna kamu menjaga gadis yang kini disisimu, jangan pernah tinggalkan dirinya, untuk diriku..Rio...
Thank you..

 THE END


Rada ga nyambung, maksa banget ini cerpennya ._.v  wkwk, komen dong bisa lewat chat, facebook : Sintia Dewi Dharmaputri atau Twitter @sintiasintia21

Sabtu, 17 Desember 2011

For Love For Alyssa(Sinopsis)

kalau ada yang ingat, cerita ini pernah aku post dulu di sini, tapi belum dilanjutin, ini aku ulagin.. happy reading :3

For Love For Alyssa(Sinopsis)


Ia, yang menjalani kehiupannya yang penuh dengan penderitaan dengan segala kekurangannya. Di benci oleh sekelilingnya, walau ia tak pernah berbuat salah pada mereka. Selalu di rendahkan. Itulah yang ia rasakan. Seorang anak yang bernama Alyssa Saufika. Sejak lahir ia tidak pernah di akui sebagai anak dari kedua orang tuanya, hingga ia di buang dan tinggal di sebuah panti asuhan selama beberapa tahun. Lalu, karna sesuatu…, ia sekarang harus menggunakan tongkat untuk  berjalan. Saat ia mulai putus asa atas kehidupan yang ia jalani, akhirnya dia diadobsi oleh sebuah keluarga sederhana dan memiliki sebuah keluarga yang baru. Kehidupan yang ia rasakan mulai berubah dari hari itu. Tapi ternyata, satu kenyataan lagi yang harus di hadapinya, karna kakak angkatnya ternyata sangat membencinaya karna sesuatu, Lalu ia mengenal seseorang yang sangat perhatian dan baik padanya, tapi… Bagaimana kisah yang akan ia jalani?? Apa yang membuat kakak angkatnya sangat membencinya?? Apakah Alyssa akan menemukan kebahagiaan sejatinya di dalam kisahnya??

***
  
kasih komentar dan pendapatnya ya, lagi kekurangan ide nih friends --"

Rabu, 07 Desember 2011

Andai dia tahu

Asiik cerpen super pendek, kali ini yang paling pendek! Soalnya lagi stres -_-"

Cekidot!



Andai dia tahu


PLAK!
Tanganku masih menggantung di udara. Terasa tebal, lama-kelamaan terasa panas di telapaknya. Bergetar. Bukan hanya tangan, tapi tubuhku seluruhnya bergetar. Ada air yang mendesak keluar dari sudut mataku. Tiba-tiba tanganku menggenggam dan satu telunjuk kuarahkan tepat di depan hidungnya.
"Jangan pernah kamu kecewakan dia,"kataku dengan suara tertahan karena menahan gejolak di dada yang sulit untuk dibendung. Aku pun berlari meninggalkan kelas 3IPS1, tempat kejadian berlangsung. Tak kuhiraukan lagi pandangan heran sekaligus takjub dari teman-teman yang mengetahui peristiwa tadi.
Ya..aku..ify..aku telah menampar seseorang yang cukup terkenal disekolah ini, SMA Harapan. Dia seorang vokalis group band dan sekaligus senior panjat tebing. Dia yang lebih memilih jurusan IPS meskipun sebetulnya dia mampu untuk masuk kelas IPA. Berbeda denganku yang memang sangat mencintai IPS dan Bahasa Inggris. Dan aku dulu sempat ge er bahwa dia memilih jurusan IPS karena aku pun mengambil jurusan itu.

Kami pun dekat, lapangan basket sekolah, perpustakaan, dan dinding panjat tebing yang dibangun di depan aula sekolahku menjadi saksi kedekatanku dengan sesosok mario, rio. Dan ada satu hal lagi yang membuat kami merasa senasib, karna kami sama sama berasal dari keluarga broken home. Karna kondisi inilah, ia sering sekali pergi minum minuman keras untuk menenangkan pikirannya. Aku selalu berusaha mengingatkannya, tidak dengan seriustapi dengan bercanda sebagaimana gayaku ketika ngobrol dengannya. Menghilangkan nervous lebih tepatnya, karena selalu saja ada getar itu saat aku di dekatnya.
Kedekatan itu terbangun begitu saja. Saat aku memainkan piano sambil mengalunkan suaraku ia memandangku kagum dengan matanya, yang mampu membuatku meluluh. Meski ia menyandang gelar sebagai 'anak berandal' karena sering minum minuman keras, tetap saja, itu tak bisa menyembunyikan pesonanya yang membuat banyak siswi di SMAku jatuh hati padanya.
Dia tahu itu. Tapi aku ragu dia tahu apa yang kurasa tentangnya. Aku tak bisa dan tak terbiasa mengungkapkan isi hati. Bukankah itu menjadi 'kewajiban' cowok untuk mengungkapkan isi hatinya lebih dulu?
Aku suka dengan cewe cuek dan cerdas seperti kamu, dia pernah mengatakan itu. Bisakah itu dijadikan indikasi untuk melangkah lebih? Entahlah.
Statusnya yang tak pernah dekat dengan cewek manapun kecuali aku yang mengaku sahabatnya, membuka peluan cewek lain untuk menginginkan dia menjadi kekasihnya. Aku sendiri tak menyangka bahwa saudaraku sendiri ternyata memiliki selera cowok yang sama denganku. Karena kepandaianku menyembunyikan perasaan, sepupuku menganggapku hanya bersahabat dengannya. Sikap cueknya ternyata membuat sepupuku itu makin menggilainya. Dan malam sebelumnya, sepupuku datang khusus menemuiku untuk mengatakan bahwa betapa ia mencintainya. Itulah yang menjadi tragedi penamparan tempo hari.

Hingga kelulusan SMA, kami tak lagi sedekat dulu. Peristiwa itu menciptakan jarak diantara kami. Kulihat dia sempat dekat dengan sepupuku itu, tapi tak bertahan lama. Ia hanya ingin mengabulkan permohonanku untuk tidak mengecewakan saudaraku, shilla. Tapi aku tahu itu bertentangan dengan hatinya. Aku tahu cewek seperti apa yang bisa menarik hatinya. Pada saat yang sama, aku benar benar tak tahu mengapa ia tak pernah mengungkapkannya, ah, rio..
Tak tahukah ia apa yang kurasa? Tak mengertikah dia aku butuh kepastian untuk menahanku tetap tinggal di kota ini selepas SMA. Tamparan tempo hari kulakukan demi menyadarkan dirinya. Hey...ada aku disini. Tapi ternyata itu tak cukup mempan untuk membuatnya melangkah lebih dari yang selama ini kami punya.

SMA Harapan Bandung, akhirnya aku harus pergi darimu dan dari orang yang selama ini menghuni hatiku dan hari hariku. Kupandangi setiap sudut, lapangan basket, ruang kelasku dulu, ruang musik, tak dapat kulupakan tatapanmu yang telah meneduhkan hatiku dulu..
Aku akan pergi, membawa rasa ini entah sampai kapan. Selamat tinggal untuk seseorang yang bahkan hingga detik. Aku melangkahkan kaki meninggalkan semua kenangan ini, tetap terukir indah dihati.
Ah....andai dia tahu.

-The End-

Tinggalkan jejak :D