Love by
Diary
Seorang laki laki memasuki ruangan itu
sambil membawa sebuah buku kecil. Di lihatnya seseorang yang sedang duduk terdiam di
tempat duduk
“Lihatlah ini, dan lo akan mengerti
semuanya”Kata seorang laki laki sambil memberikan sebuah buku.
“Apa ini?”Tanya laki laki yang menerima
buku itu
“Bacalah, dan lo akan tau”
“lo itu tunangannya, tapi kenapa lo manggil
gue untuk ngelakuin semua ini? Kenapa bukan lo? Kenapa harus gue?”
“Karn lo lebih berhak, dan dia pengan lo
tau…”
“Tau apa?”
“Isi buku itu”
Laki Laki itu termenung sejenak. Meski
ragu, tangannya sedikit demi sedikit mulai membuka kisah demi kisah, halaman
demi halaman yang terlukiskan
Hari
ini aku berusia tujuhbelas tahun dan tepat pada hari ini juga pertama kalinya
aku menulis di buku ini. Buku yang di sebut buku ‘diary’ dengan lembaran lembarannya. Aneh rasanya, aku akan menuliskan kejadianku hari ini
esok, hingga tulisan tulisanku memenuhi
buku ini. Masa abu abu putih yang penuh dengan senyuman, penuh tawa, di tambah
lagi dengan dirinya yang
selalu membuat segenap langkahku terhenti, detak jantung yang terasa semakin cepat berddetak di setiap ku menatap lekukan lekukan dii wajahnya. Rio.
“Riioooo…”Semua
siswa dan siswi bersorak sorak memanggil namanya. Senyum mengambang di bibirku.
Di berlari dengan membawa bola itu bersamanya. Sungguh aku terpana saat
mendapati dia yang sedang melirik ke arahku, meski ia menunjukan tatapan dingin
penuh kebencian. Setiap hari, setiap waktu, setiap saat, aku selalu melihatnya,
memperhatikannya, walau ia yang selalu acuhkanku dan tak pernah perdulikanku.
“Udahah
fy, gak bakal kabur juga kok tuh orang”Kata via sambil tertawa kecil. “Bener
tuh fy, lagian lo juga ga pernah di anggep sama dia kok, kenapa lo gak nyoba
lupain dia aja??”Kata Zeze. Aku menghela nafas panjang.
“Aku
tau, suatu saat nanti, entah kapan meski setelah aku menutup mata, suatu saat
nanti”gumamku tanpa sadar.
“Udahlah!
Gak usah bicrain itu, lo masih belum mau pulang fy?”Tanya Via “Pulang aja
duluan”Kataku “Yakin? Kayaknya mau ujan loh tuh udah mendung tuh”Kata Zeze
sambil melihat ke langit langit.
“Tenang
aja, gue ada bawa jas hujan sama payung kok di tas”Kataku.
Terdengar helaan nafas dari Via dan Zeze, lalu mereka pun pergi pulang.
Detik
demi detik terus berjalan. Rerintikan hujan pun mulai
membasahi lapangan itu, tapi laki laki bertubuh tegap dengan kulit coklat
manisnya itu tetap meluncurkan bola ke ring. Ku lihat hujan yang semakin lama
semakin lebat, tapi ia terus memainkan bolanya. Ku ambil payung dan jas hujan
di tasku. Tanpa pikir panjang, ku langkahkan kakiku ke arahnya. Pantulan bola
itu terus membuat cipratan-cipratan air kecil. Nafas yang tersenggga sengga dari mulutnya
terngiang sangat jelas di telingaku. Langkahnya terhenti sejenak. Di tangkapnya
bola yang sejak tadi menjadi temannya. Tetesan air itu tidak menetes
memebasahinya, ia berbalik ke arahku. Dengan tatapan yang teduh itu ia menatapku. Meski terkesan dingin dengan tatpan yang
sangat angkuh, setetes kehangatan menusuk di hatiku.
“Pergi”ucapnya
singkat tanpa sedikitpun melirik ke arahku.
“Tapi
lo…”ia memotong kata kataku.
“Gue
gak butuh”Katanya lalu kembali berlari dan membawa bola itu. Meninggalkan aku
yang berdiri disini untuknya.
Kecewa?
Yah aku kecewa… Ia selalu dan selalu begitu… Tak pernah memperdulikanku. Bila
di tanya mengapa aku tidak mencoba untuk pergi darinya, maka jawabannya adalah
aku sudah mencoba. Dan hasihnya? Aku tak pernah bisa melupakannya.
Ia sedikit meremas lembaran itu. Di
lihatnya tulisan tulisan penuh kekecewaan itu, sedikit demi sedikit kata yang
ia baca semakin hatinya teriris oleh
kata kata itu.
“Lihat dia, sekarang dia terbaring di sana…”
“Dan dia terus menunggu lo hingga saat ini”
“Tapi lo gak pernah
melihat bayangan yang selalu ada itu”
“Hingga saat ini...”Laki laki itu-Rio- menghela nafasnya sejenak lalu melanjutkan kata kata di buku itu.
Aku
melangkahkan kakiku. Mengapa seharian ini aku tidak melihat dia di lapangan.
Berlari dengan keringat yang bercucuran seperti biasanya. Aku memakai tasku
lalu ku langkahkan lagi kakiku. Sempat ku lirik sekilas lapangan itu. Tetap
kosong. Tetap tak ada…
“Apa
dia gak tau kalo gue suka sama dia?”gumamku.
“Ify,
semua orang juga tau kalo lo itu suka sama dia, gue rasa dia juga tau kok kalo lo itu sebenarnya suka sama dia”Kata Via
“Yups”sahut
Zeze.
Aku
terdiam sejenak, ku ambil Mp4ku danku pasangkan dengan
headsed yang sudah terpasang di telingaku. Ku mulai memilih sebuah lagu dan
mengklik ‘Play’
Kau boleh acuhkkan diriku
Dan anggap ku tak ada
Tapi
takkan merubah perasaanku
Kepadamu..
Ku yakin pasti suatu saat
Semua kan
terjadi..
Kau kan
mencintaiku
Dan tak akan pernah melepasku..
Aku mau mendampingi dirimu..
Aku mau cintai kekuranganmu..
Slalu bersedia bahagiakan muApapun terjadi..
Kujanjikan aku ada..
Kau boleh jauhi diriku..
Namun kupercaya
Kau kan
mencintaiku
Dan tak akan pernah melepasku..uoo..
Aku mau mendampingi dirimu..
Aku mau cintai kekuranganmu..
Ouu..oh..
Aku mau mendampingi dirimu..
Aku mau cintai kekuranganmu..
Aku yang rela terluka untuk masa lalu…ou..
Aku mau mendampingi dirimu..
Aku mau cintai kekuranganmu..
Slalu bersedia bahagiakan mu
Apapun terjadi..Kujanjikan aku ada..oouuu
Setelah hampir sebulan lebih ini ia tak hadir di
hadapanku kini ai berlari di tempat biasanya ia berada. Senyum kembali
mengambang di bibirku. Tanpa pikir panjang, aku langsung melangkahkan kakiku ka
hadapannya.
“Yo?”Ia sedikit melirik tajam ke arahku
“Apa?”Tanyanya dingin, bahkan sangat dingin
“Lo kemana aja sebulan yang lalu? Kok Ga
keliatan?”
“Bukan urusan lo?”
“Ayolah? Kasi tau gue”
“Kenapa gue musti ngasih tau lo?”Ini saatnya.
Saatnya aku mengungkapkan perasaan yag terpendam ini padanya...
“Aku...Peduli sama kamu”Kalimat itu terlontarkan
begitu saja dari mulutku, seakan mengalir kalimat itu ku ucapkan. Meski
sebenarnya bukan itu yang ingin ku ungkapkan.
“Asal lo tau yo, gue
sayang banget sama dia. Gue cinta banget sama dia. Dan hampir sepuluh tahun gue
bersamanya dan sepuluh tahun juga gue gak tau tentang ini...”Ucap orang itu-Cakka-
lirih.
“Dan setelah sepuluh
tahun berlalu semuanya terungkap di buku itu yo”Lanjutnya.
“Gu....Gue gak tau”Ucap
Rio.
“Tapi sekarang lo tau
itu,...”Kata Cakka terputus
“Lo suka sama
dia?”Lanjutnya. Laki laki itu, Rio terdiam.
Sejak aku berkata bahwa aku perduli dengannya,
kini hubungan kami sudah mulai membaik. Bahkan
aku merasa semakin nyaman bersama dengannya. Ia memberikanku senyum
setiap aku menungguinya bermain basket, ia menjawab disetiap aku bertanya,
walau sikap cueknya kadang muncul tapi kurasa aku akan tetap...selamanya..
Melihatmu tersenyum, menyentuhmu, mendekapmu,
memilikimu selamanya itu yang kumau. Tapi semuanya harus kutahan.
Yahh... Rio..
Rasa penasaran. Rasa ingin tau yang telah
mengobsesiku untuk mengenalnya. Mencari informasi tentangnya. Mendalami tentang
dirinya. Hingga pada akhirnya perasaan itu menjelma menjadi perasaan kagum,
suka, hingga perasaan yang memaksaku bersifat egois. Perasaan tak ingin
kehilangannya. Ingin ku memilikinya. Setiap saat aku bertanya, berdoa, berharap
Apa dia memiliki perasaan yang sama denganku? Ataukah perasaan ini bertepuk
sebelah tangan? Hanya ia yang memiliki jawabannya.
“Gue tanya! Lo suka sama
ify atau enggak?!”Ucap lelaki yang merupakan tunangan ify itu sambil
mencengkram lengan Rio, suara Cakka meninggi, terdengan gemetar, miris...
“Gue suka sama Ify”Ucap
Rio
Satu minggu lagi pengumuman kelulusan, semua murid
disekolah kini sedang sibuk membicarakan tentang universitas dan fakultas yang
akan mereka masuki.
“Yoo”Panggilku saat Rio sedang bermain basket
dilapangan. Rio menghentikan permainannya lalu menghadap kearahku seolah
bertanya –ada apa?-
“Ajarin main basket donk!”Alis kiri Rio terangkat,
lalu ia tertawa kecil. Dan melemparkan bolanya ke arahku. Aku menangkapnya.
“Coba lempar kesini”Ucap Rio. Kutarik nafas
panjang. Dan kulempar bolanya. Tebakanku benar. Bolanya tidak sampai ke Rio,
bahkan sedikit melenceng. Rio menggeleng gelengkan kepalanya dan mengambil bola
yang sedikit bergelinding.
“Jelek banget lemparan lo, sama kayak orangnya”Kata
Rio dengan nada meremehkan, lalu menjulurkan lidahnya kearahku.
“Ambil nih bolanya kalo bisa!”Sepertinya tantangan
sudah diajukan, hemm..aku berlari kearah rio yang memegang bola basket itu, Rio
pun berlari.
“Lambat banget sih larinya!!”Ejek Rio, aku terus
mengejarnya sekuat tenaga. Tapi memang harus kuakui larinya cepat benget.
Tiba-tiba Rio berhenti dan berbalik ke arahku.
Karna mendadak aku belum sempat menghentikan lariku. Bruk! Aku terjatuh
menindih tubuh Rio, kepalaku tepat menindih dadanya. Aku diam, tak mampu
berkata-kata. Aku mengalihkan pandanganku, tak mau menatap matanya. Lebih
tepatnya tak sanggup, tak sanggup menahan rasa egois ini..
“Fy, ternyata lo berat juga ya..hehe..”Dengan
cepat aku berdiri.
Duhh...kok jadi dag dig dug gini yaa?
“Kesana yok fy!”Rio langsung menarik tangan
kananku menuju sutu tempat. Sebuah tempat yang cukup, sangat amat keren. Dia
membawaku ke atas gunung yang tidak berada cukup jauh dari tempatku tadi.
Kupandang langitnya begitu keren.
“Wow banget yo,”gumamku.
“belum lagi lo liat pemandangan dibawah itu”Rio
menunjuk ke arah bawah. Aku mengikuti arah jarinya dan, annother wow.
“hebat kan?”Aku menggangguk sambil berdecak kagum.
Pemandangan itu memang benar benar menajubkan..
Cakka diam, tak mampu
berkata-kata menghadapi kenyataan..
“Iya! Gue suka! Gue
sayang! Gue cinta sama Ify! Dari sejak gue melihat Ify saat pertama kali
menginjakan kakinya di SMA! Dan ga berubah sampai sekarang!”Ucap Rio sambil
menepis tangan Cakka.
Suasana hening, hanya
terdengar suara Stetoskop di sebelah ranjang Ify.
Aku terus tersenyum sambil berjalan ke kelasku.
Saat memasuki kelas kulihat Zeze dan Via sedang berbincang bincang. Aku datang
dan langsung merangkul mereka dari belakang. “Heloow temen temenku tercintaah”
“Eh elo fy, happy banget..senyuum mulu”goda Via
“Hoyadong, senyum itu ibadah”ucapku sambil
memamerkan senyumanku.
“Gue kirain lo bakalan sedih denger kabar dari
Rio, ternyata sebaliknya”kata Zeze yang diangguki Via.
“Kabar apaan?”Tanyaku. Kabar?
“Loh? Tadi Rio belum ngasih tau elo?”Tanya Zeze.
Aku menggelengkan kepala. Lalu zeze dan via menjelaskan yang mereka maksud
dengan ‘kabar’ itu.. aku melebarkan kedua mataku. Enggak! Rio!
“Kenapa lo gak bilang
sama dia dulu? Kenapa lo bikin dia sakit? Kenapa lo bikin dia menderita? Kenapa
lo bikin dia ketemu sama gue? Kenapa?!”jemari Cakka mengepal kuat. Tangannya
tertarik ke belakang dan siap menghantamkan bogeman mentah di wajah Rio.
Aku berlari sekuat tenagaku menuju lapangan
basket, tempat kami berpisah tadi. Dari jauh aku melihat punggung Rio. Aku
terus berlari, hingga langkahku berhenti dibelakang Rio.
“Rio..”Rio berbalik, sedikit terkejut melihat aku
yang dibanjiri keringat. “Fy..?”
“Yo? Beneran lo mau nerusin kuliah lo diluar
kota?”Ucapku. Rio tampak sedikit kaget, tapi tetap diam. Apakah itu menandakan
jawaban ‘ya’?
“Kenapa lo ga ngasih tau gue tadi? Jadi gue segitu
gak pentingnya buat lo? Iya? Jawab yo!?!”Rasanya aku ingin menangis
dihadapannya...
“....”Rio tetap terpaku, diam ditempatnya.
“Gue memang bodoh! Gue suka! Sayang! Cinta sama
lo! Dan lo....”Kata kataku terputus. Kulihat Rio, ia mengalihkan pandangannya
dariku. Dia tak mau menatapku.. ia berbalik, dan pergi meninggalkanku....
Aku berusaha menahannya, tapi air mataku mengalir,
bersamaan dengan rintikan hujan dihari itu.
Tangan Cakka sudah
bergerak, cepat, menuju wajah Rio. Tapi tiba tiba terhenti kaku. Bayangan Ify
yang sedang tersenyum tepat berada didepan tubuh Rio. “ARGGHH!!” Pukulan Cakka
tepat mengenai tembok di sebelah Rio. Lalu cakka mundur dan menatap keluar
jendela ruang rawat Ify.
“Gue ga berani...gue
pengecut...gue terlalu sayang sama dia, gue takut dia gabisa bahagia kalo sama
gue,”gumam Rio
“dan lo ga pernah
berfikir bahwa dia menjadi sangat menderita saat lo tinggalin dia?”tanya cakka
dengan suara yang memelan
Hari ini, hari dimana aku akan secara resmi
bertunangan dengan Cakka. Sudah berapa lama sejak terakhir kali aku menulis di
diary ini? Kurasa sejak terakir kali aku bertemu dengan Rio.. sejak itu buku
ini kusimpan. Cakka, pemuda baik yang kutemui 4 tahun yang lalu atau tepatnya 6
tahun sejak terakhir aku menulis dibuku ini. Setelah berteman selama kurang
lebih 1 tahun, Cakka mengajakku berpacaran. Awalnya aku ragu, karna memang
tidak sedikitpun aku mencintainya, tapi setelah berfikir, aku menerimanya.
Mungkin setelah aku menjalani hubungan dengan Cakka aku bisa melupakan Rio dan
mencintai orang yang memang benar benar mncintaiku, tapi aku salah. Bahkan
sampai detik ini aku masih menyayangi mencintai Rio. Cakka memanglah
seseorang yang baik, dekat dengan bunda dan ayah, tidak pernah berselingkuh,
ramah, dan mencintaiku tulus. Tapi aku tidak bisa mencintainya, ia hanya bisa
menjadi sesosok kakak dihatiku, ga lebih. Entah mengapa, beberapa bulan ini
kepalaku sering sakit, aku juga belum memeriksakannya ke dokter, mungkin besok
atau lusa aku akan pergi ke dokter.
Cakka sudah memanggilku, sepertinya acara akan
segera dimulai.. semoga semuanya berjalan dengan baik yah J
“Dan lo tau yo? Setelah
tulisan terakhirnya itu apa yang terjadi?”Tanya Cakka, rio terdiam sambil
menatap cakka.
“Dia turun, saat ditengah
acara, saat aku akan memasangkan cicin di jarinya, dia terjatuh, pingsan..”Ucap
cakka lirih.
“Untuk apa lo jauh jauh
ke Menado buat nyuruh gue ngunjungin Ify? Apa untungnya buat elo? Lo salah,
kalau saat ify terbangun ia ngeliat gue, dia ga akan bisa ngelupain gue..”kata
Rio.
“karna gue cinta sama
dia, gue pengen dia bahagia, meskipun itu berarti gue harus nyerahin dia ke
elo. Cukup dengan dia bahagia......gue bahagia.”Cakka berjalan, melewati Rio,
membuka pintu dan keluar dari ruangan itu. Sementara Rio masih terpaku.
“Arr...”Rio mengalihkan
pandangannya menuju seorang gadis yang baru saja tersadar dari pingsannya.
“Ify?”Gumamnynna sambil
berjalan mendekat kearah gadis itu.
“Rio?”Terlihat raut
bingug di wajah ify, karna pandangannya masih agak kabur.
Rio mendekati wajah Ify
dan mengecup kening Ify.
“Tunggu disini bentar ya
fy, aku panggil dokter dulu..”Rio beranjak keluar ruangan.
***
Lelaki itu diam sambil
menatap taman didepannya. Ia masih sangat ingat, saat awal dulu di kampus,
ditaman ia melihat seorang gadis yang menatap langit senja sambil mengembangkan
senyumannya. Detik itu juga ia merasakan sesuatu yangn berbeda dengan gadis
itu. Gadis itu tersenyum sambil menatap siluet warna jingga yang begitu indah. Dan
itulah awal dia bertemu dengan Ify. Gadis yang begitu membuatnya terpesona. Setelah
lama ia dekat dengan ify, memberikan perhatian pada gadis itu, bahkan hampir
bertunangn dengan gadis itu. Kini ia mendapati sebuat kenyataan pahit bahwa
gadis itu tidak mencitainya. Dan kini gadis itu telah ia serahkan kepada
seorang lelaki yang sangat ia cintai...
“Hei cakk,”Cakka
menolehkan kepalanya
“ehh, elo ag?”gadis itu
duduk di sebelah cakka.
“gue udah denger
semuanya, tentang elo dan Ify. Gue turut sedih ya buat elo.”
“iya, thanks.”
“kenapa elo nyerahin ify
begitu aja ke dia cak?”
“gue ga nyarain dia
begitu aja. Selamaa ini gue udah berjuang, tapi..gue gagal. Gue gabisa ngebuat
dia jatuh cinta sama gue. Dia ga akan bisa bahagia sama gue. Gue kepengen
ngeliat dia bahagia.” Cakka menatap lurus kedepan.
“gue ngerti sekarang, ify
memang beruntung karna punya elo..”Gadis bernama agni itu tersenyum.
***
“Elo udah gapapa fy?”tanya
Rio saat dokter keluar dari ruangan Ify.
“udah kok yo,”
“syukurlah”
“kenapa elo bisa ada disini
yo? Cakka mana?”
“Sori fy, dulu gue udah
ninggalin elo.. Cakka udah nyerahin elo ke gue, dia mau elo bahagia fy.. dan
ini buku lo..”Rio memberikan buku diary ify kembali.
Ify terdiam sambil
menerima buku Diarynya. Matanya berkaca kaca sambil menatap kearah luar jendela.
“Thanks cakk..”
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar