My story

Wellcome to my blog\(>.<)/

Selasa, 24 Juli 2012

Love by Diary


Love by Diary


Seorang laki laki memasuki ruangan itu sambil membawa sebuah buku kecil. Di lihatnya seseorang yang sedang duduk terdiam di tempat duduk

“Lihatlah ini, dan lo akan mengerti semuanya”Kata seorang laki laki sambil memberikan sebuah buku.

“Apa ini?”Tanya laki laki yang menerima buku itu

“Bacalah, dan lo akan tau”


“lo itu tunangannya, tapi kenapa lo manggil gue untuk ngelakuin semua ini? Kenapa bukan lo? Kenapa harus gue?”

“Karn lo lebih berhak, dan dia pengan lo tau…”

“Tau apa?”

“Isi buku itu”

Laki Laki itu termenung sejenak. Meski ragu, tangannya sedikit demi sedikit mulai membuka kisah demi kisah, halaman demi halaman yang terlukiskan


Hari ini aku berusia tujuhbelas tahun dan tepat pada hari ini juga pertama kalinya aku menulis di buku ini. Buku yang di sebut buku ‘diary’ dengan lembaran lembarannya. Aneh rasanya, aku akan menuliskan kejadianku hari ini esok, hingga  tulisan tulisanku memenuhi buku ini. Masa abu abu putih yang penuh dengan senyuman, penuh tawa, di tambah lagi dengan dirinya yang selalu membuat segenap langkahku terhenti, detak jantung yang terasa semakin cepat berddetak di setiap ku menatap lekukan lekukan dii wajahnya. Rio.

“Riioooo…”Semua siswa dan siswi bersorak sorak memanggil namanya. Senyum mengambang di bibirku. Di berlari dengan membawa bola itu bersamanya. Sungguh aku terpana saat mendapati dia yang sedang melirik ke arahku, meski ia menunjukan tatapan dingin penuh kebencian. Setiap hari, setiap waktu, setiap saat, aku selalu melihatnya, memperhatikannya, walau ia yang selalu acuhkanku dan tak pernah perdulikanku.

“Udahah fy, gak bakal kabur juga kok tuh orang”Kata via sambil tertawa kecil. “Bener tuh fy, lagian lo juga ga pernah di anggep sama dia kok, kenapa lo gak nyoba lupain dia aja??”Kata Zeze. Aku menghela nafas panjang.

“Aku tau, suatu saat nanti, entah kapan meski setelah aku menutup mata, suatu saat nanti”gumamku tanpa sadar.

“Udahlah! Gak usah bicrain itu, lo masih belum mau pulang fy?”Tanya Via “Pulang aja duluan”Kataku “Yakin? Kayaknya mau ujan loh tuh udah mendung tuh”Kata Zeze sambil melihat ke langit langit.

“Tenang aja, gue ada bawa  jas hujan sama payung kok di tas”Kataku. Terdengar helaan nafas dari Via dan Zeze, lalu mereka pun pergi pulang.

Detik demi detik terus berjalan. Rerintikan hujan pun mulai membasahi lapangan itu, tapi laki laki bertubuh tegap dengan kulit coklat manisnya itu tetap meluncurkan bola ke ring. Ku lihat hujan yang semakin lama semakin lebat, tapi ia terus memainkan bolanya. Ku ambil payung dan jas hujan di tasku. Tanpa pikir panjang, ku langkahkan kakiku ke arahnya. Pantulan bola itu terus membuat cipratan-cipratan air kecil. Nafas yang tersenggga sengga dari mulutnya terngiang sangat jelas di telingaku. Langkahnya terhenti sejenak. Di tangkapnya bola yang sejak tadi menjadi temannya. Tetesan air itu tidak menetes memebasahinya, ia berbalik ke arahku. Dengan tatapan yang teduh itu ia menatapku. Meski terkesan dingin dengan tatpan yang sangat angkuh, setetes kehangatan menusuk di hatiku.

“Pergi”ucapnya singkat tanpa sedikitpun melirik ke arahku.

“Tapi lo…”ia memotong kata kataku.

“Gue gak butuh”Katanya lalu kembali berlari dan membawa bola itu. Meninggalkan aku yang berdiri disini untuknya.

Kecewa? Yah aku kecewa… Ia selalu dan selalu begitu… Tak pernah memperdulikanku. Bila di tanya mengapa aku tidak mencoba untuk pergi darinya, maka jawabannya adalah aku sudah mencoba. Dan hasihnya? Aku tak pernah bisa melupakannya.


Ia sedikit meremas lembaran itu. Di lihatnya tulisan tulisan penuh kekecewaan itu, sedikit demi sedikit kata yang ia baca  semakin hatinya teriris oleh kata kata itu.

“Lihat dia, sekarang dia terbaring di sana…”

“Dan dia terus menunggu lo hingga saat ini”

“Tapi lo gak pernah melihat bayangan yang selalu ada itu”

“Hingga saat ini...”Laki laki itu-Rio- menghela nafasnya sejenak lalu melanjutkan kata kata di buku itu.

Aku melangkahkan kakiku. Mengapa seharian ini aku tidak melihat dia di lapangan. Berlari dengan keringat yang bercucuran seperti biasanya. Aku memakai tasku lalu ku langkahkan lagi kakiku. Sempat ku lirik sekilas lapangan itu. Tetap kosong. Tetap tak ada…

“Apa dia gak tau kalo gue suka sama dia?”gumamku.

“Ify, semua orang juga tau kalo lo itu suka sama dia, gue rasa dia juga tau kok  kalo lo itu sebenarnya suka sama dia”Kata Via
“Yups”sahut Zeze.

Aku terdiam sejenak, ku ambil Mp4ku danku pasangkan dengan headsed yang sudah terpasang di telingaku. Ku mulai memilih sebuah lagu dan mengklik ‘Play’

Kau boleh acuhkkan diriku
Dan anggap ku tak ada
Tapi takkan merubah perasaanku
Kepadamu..
Ku yakin pasti suatu saat
Semua kan terjadi..
Kau kan mencintaiku
Dan tak akan pernah melepasku..
Aku mau mendampingi dirimu..
Aku mau cintai kekuranganmu..
Slalu bersedia bahagiakan muApapun terjadi..
Kujanjikan aku ada..
Kau boleh jauhi diriku..
Namun kupercaya
Kau kan mencintaiku
Dan tak akan pernah melepasku..uoo..
Aku mau mendampingi dirimu..
Aku mau cintai kekuranganmu..
Ouu..oh..
Aku mau mendampingi dirimu..
Aku mau cintai kekuranganmu..
Aku yang rela terluka untuk masa lalu…ou..
Aku mau mendampingi dirimu..
Aku mau cintai kekuranganmu..
Slalu bersedia bahagiakan mu
Apapun terjadi..Kujanjikan aku ada..oouuu

Setelah hampir sebulan lebih ini ia tak hadir di hadapanku kini ai berlari di tempat biasanya ia berada. Senyum kembali mengambang di bibirku. Tanpa pikir panjang, aku langsung melangkahkan kakiku ka hadapannya.

“Yo?”Ia sedikit melirik tajam ke arahku

“Apa?”Tanyanya dingin, bahkan sangat dingin

“Lo kemana aja sebulan yang lalu? Kok Ga keliatan?”

“Bukan urusan lo?”

“Ayolah? Kasi tau gue”

“Kenapa gue musti ngasih tau lo?”Ini saatnya. Saatnya aku mengungkapkan perasaan yag terpendam ini padanya...

“Aku...Peduli sama kamu”Kalimat itu terlontarkan begitu saja dari mulutku, seakan mengalir kalimat itu ku ucapkan. Meski sebenarnya bukan itu yang ingin ku ungkapkan.


“Asal lo tau yo, gue sayang banget sama dia. Gue cinta banget sama dia. Dan hampir sepuluh tahun gue bersamanya dan sepuluh tahun juga gue gak tau tentang ini...”Ucap orang itu-Cakka- lirih.

“Dan setelah sepuluh tahun berlalu semuanya terungkap di buku itu yo”Lanjutnya.

“Gu....Gue gak tau”Ucap Rio.

“Tapi sekarang lo tau itu,...”Kata Cakka terputus

“Lo suka sama dia?”Lanjutnya. Laki laki itu, Rio terdiam.


Sejak aku berkata bahwa aku perduli dengannya, kini hubungan kami sudah mulai membaik. Bahkan  aku merasa semakin nyaman bersama dengannya. Ia memberikanku senyum setiap aku menungguinya bermain basket, ia menjawab disetiap aku bertanya, walau sikap cueknya kadang muncul tapi kurasa aku akan tetap...selamanya..
Melihatmu tersenyum, menyentuhmu, mendekapmu, memilikimu selamanya itu yang kumau. Tapi semuanya harus kutahan.
Yahh... Rio..
Rasa penasaran. Rasa ingin tau yang telah mengobsesiku untuk mengenalnya. Mencari informasi tentangnya. Mendalami tentang dirinya. Hingga pada akhirnya perasaan itu menjelma menjadi perasaan kagum, suka, hingga perasaan yang memaksaku bersifat egois. Perasaan tak ingin kehilangannya. Ingin ku memilikinya. Setiap saat aku bertanya, berdoa, berharap Apa dia memiliki perasaan yang sama denganku? Ataukah perasaan ini bertepuk sebelah tangan? Hanya ia yang memiliki jawabannya.

“Gue tanya! Lo suka sama ify atau enggak?!”Ucap lelaki yang merupakan tunangan ify itu sambil mencengkram lengan Rio, suara Cakka meninggi, terdengan gemetar, miris...

“Gue suka sama Ify”Ucap Rio

Satu minggu lagi pengumuman kelulusan, semua murid disekolah kini sedang sibuk membicarakan tentang universitas dan fakultas yang akan mereka masuki.

“Yoo”Panggilku saat Rio sedang bermain basket dilapangan. Rio menghentikan permainannya lalu menghadap kearahku seolah bertanya –ada apa?-

“Ajarin main basket donk!”Alis kiri Rio terangkat, lalu ia tertawa kecil. Dan melemparkan bolanya ke arahku. Aku menangkapnya.

“Coba lempar kesini”Ucap Rio. Kutarik nafas panjang. Dan kulempar bolanya. Tebakanku benar. Bolanya tidak sampai ke Rio, bahkan sedikit melenceng. Rio menggeleng gelengkan kepalanya dan mengambil bola yang sedikit bergelinding.

“Jelek banget lemparan lo, sama kayak orangnya”Kata Rio dengan nada meremehkan, lalu menjulurkan lidahnya kearahku.

“Ambil nih bolanya kalo bisa!”Sepertinya tantangan sudah diajukan, hemm..aku berlari kearah rio yang memegang bola basket itu, Rio pun berlari.

“Lambat banget sih larinya!!”Ejek Rio, aku terus mengejarnya sekuat tenaga. Tapi memang harus kuakui larinya cepat benget.

Tiba-tiba Rio berhenti dan berbalik ke arahku. Karna mendadak aku belum sempat menghentikan lariku. Bruk! Aku terjatuh menindih tubuh Rio, kepalaku tepat menindih dadanya. Aku diam, tak mampu berkata-kata. Aku mengalihkan pandanganku, tak mau menatap matanya. Lebih tepatnya tak sanggup, tak sanggup menahan rasa egois ini..
“Fy, ternyata lo berat juga ya..hehe..”Dengan cepat aku berdiri.
Duhh...kok jadi dag dig dug gini yaa?

“Kesana yok fy!”Rio langsung menarik tangan kananku menuju sutu tempat. Sebuah tempat yang cukup, sangat amat keren. Dia membawaku ke atas gunung yang tidak berada cukup jauh dari tempatku tadi. Kupandang langitnya begitu keren.

“Wow banget yo,”gumamku.
“belum lagi lo liat pemandangan dibawah itu”Rio menunjuk ke arah bawah. Aku mengikuti arah jarinya dan, annother wow.

“hebat kan?”Aku menggangguk sambil berdecak kagum. Pemandangan itu memang benar benar menajubkan..

Cakka diam, tak mampu berkata-kata menghadapi kenyataan..
“Iya! Gue suka! Gue sayang! Gue cinta sama Ify! Dari sejak gue melihat Ify saat pertama kali menginjakan kakinya di SMA! Dan ga berubah sampai sekarang!”Ucap Rio sambil menepis tangan Cakka.
Suasana hening, hanya terdengar suara Stetoskop di sebelah ranjang Ify.

Aku terus tersenyum sambil berjalan ke kelasku. Saat memasuki kelas kulihat Zeze dan Via sedang berbincang bincang. Aku datang dan langsung merangkul mereka dari belakang. “Heloow temen temenku tercintaah”

“Eh elo fy, happy banget..senyuum mulu”goda Via

“Hoyadong, senyum itu ibadah”ucapku sambil memamerkan senyumanku.

“Gue kirain lo bakalan sedih denger kabar dari Rio, ternyata sebaliknya”kata Zeze yang diangguki Via.

“Kabar apaan?”Tanyaku. Kabar?

“Loh? Tadi Rio belum ngasih tau elo?”Tanya Zeze. Aku menggelengkan kepala. Lalu zeze dan via menjelaskan yang mereka maksud dengan ‘kabar’ itu.. aku melebarkan kedua mataku. Enggak! Rio!

“Kenapa lo gak bilang sama dia dulu? Kenapa lo bikin dia sakit? Kenapa lo bikin dia menderita? Kenapa lo bikin dia ketemu sama gue? Kenapa?!”jemari Cakka mengepal kuat. Tangannya tertarik ke belakang dan siap menghantamkan bogeman mentah di wajah Rio.

Aku berlari sekuat tenagaku menuju lapangan basket, tempat kami berpisah tadi. Dari jauh aku melihat punggung Rio. Aku terus berlari, hingga langkahku berhenti dibelakang Rio.
“Rio..”Rio berbalik, sedikit terkejut melihat aku yang dibanjiri keringat. “Fy..?”

“Yo? Beneran lo mau nerusin kuliah lo diluar kota?”Ucapku. Rio tampak sedikit kaget, tapi tetap diam. Apakah itu menandakan jawaban ‘ya’?


“Kenapa lo ga ngasih tau gue tadi? Jadi gue segitu gak pentingnya buat lo? Iya? Jawab yo!?!”Rasanya aku ingin menangis dihadapannya...


“....”Rio tetap terpaku, diam ditempatnya.

“Gue memang bodoh! Gue suka! Sayang! Cinta sama lo! Dan lo....”Kata kataku terputus. Kulihat Rio, ia mengalihkan pandangannya dariku. Dia tak mau menatapku.. ia berbalik, dan pergi meninggalkanku....
Aku berusaha menahannya, tapi air mataku mengalir, bersamaan dengan rintikan hujan dihari itu.

Tangan Cakka sudah bergerak, cepat, menuju wajah Rio. Tapi tiba tiba terhenti kaku. Bayangan Ify yang sedang tersenyum tepat berada didepan tubuh Rio. “ARGGHH!!” Pukulan Cakka tepat mengenai tembok di sebelah Rio. Lalu cakka mundur dan menatap keluar jendela ruang rawat Ify.

“Gue ga berani...gue pengecut...gue terlalu sayang sama dia, gue takut dia gabisa bahagia kalo sama gue,”gumam Rio

“dan lo ga pernah berfikir bahwa dia menjadi sangat menderita saat lo tinggalin dia?”tanya cakka dengan suara yang memelan


Hari ini, hari dimana aku akan secara resmi bertunangan dengan Cakka. Sudah berapa lama sejak terakhir kali aku menulis di diary ini? Kurasa sejak terakir kali aku bertemu dengan Rio.. sejak itu buku ini kusimpan. Cakka, pemuda baik yang kutemui 4 tahun yang lalu atau tepatnya 6 tahun sejak terakhir aku menulis dibuku ini. Setelah berteman selama kurang lebih 1 tahun, Cakka mengajakku berpacaran. Awalnya aku ragu, karna memang tidak sedikitpun aku mencintainya, tapi setelah berfikir, aku menerimanya. Mungkin setelah aku menjalani hubungan dengan Cakka aku bisa melupakan Rio dan mencintai orang yang memang benar benar mncintaiku, tapi aku salah. Bahkan sampai detik ini aku masih menyayangi mencintai Rio. Cakka memanglah seseorang yang baik, dekat dengan bunda dan ayah, tidak pernah berselingkuh, ramah, dan mencintaiku tulus. Tapi aku tidak bisa mencintainya, ia hanya bisa menjadi sesosok kakak dihatiku, ga lebih. Entah mengapa, beberapa bulan ini kepalaku sering sakit, aku juga belum memeriksakannya ke dokter, mungkin besok atau lusa aku akan pergi ke dokter.
Cakka sudah memanggilku, sepertinya acara akan segera dimulai.. semoga semuanya berjalan dengan baik yah J

“Dan lo tau yo? Setelah tulisan terakhirnya itu apa yang terjadi?”Tanya Cakka, rio terdiam sambil menatap cakka.

“Dia turun, saat ditengah acara, saat aku akan memasangkan cicin di jarinya, dia terjatuh, pingsan..”Ucap cakka lirih.

“Untuk apa lo jauh jauh ke Menado buat nyuruh gue ngunjungin Ify? Apa untungnya buat elo? Lo salah, kalau saat ify terbangun ia ngeliat gue, dia ga akan bisa ngelupain gue..”kata Rio.

“karna gue cinta sama dia, gue pengen dia bahagia, meskipun itu berarti gue harus nyerahin dia ke elo. Cukup dengan dia bahagia......gue bahagia.”Cakka berjalan, melewati Rio, membuka pintu dan keluar dari ruangan itu. Sementara Rio masih terpaku.

“Arr...”Rio mengalihkan pandangannya menuju seorang gadis yang baru saja tersadar dari pingsannya.

“Ify?”Gumamnynna sambil berjalan mendekat kearah gadis itu.

“Rio?”Terlihat raut bingug di wajah ify, karna pandangannya masih agak kabur.

Rio mendekati wajah Ify dan mengecup kening Ify.

“Tunggu disini bentar ya fy, aku panggil dokter dulu..”Rio beranjak keluar ruangan.
***
Lelaki itu diam sambil menatap taman didepannya. Ia masih sangat ingat, saat awal dulu di kampus, ditaman ia melihat seorang gadis yang menatap langit senja sambil mengembangkan senyumannya. Detik itu juga ia merasakan sesuatu yangn berbeda dengan gadis itu. Gadis itu tersenyum sambil menatap siluet warna jingga yang begitu indah. Dan itulah awal dia bertemu dengan Ify. Gadis yang begitu membuatnya terpesona. Setelah lama ia dekat dengan ify, memberikan perhatian pada gadis itu, bahkan hampir bertunangn dengan gadis itu. Kini ia mendapati sebuat kenyataan pahit bahwa gadis itu tidak mencitainya. Dan kini gadis itu telah ia serahkan kepada seorang lelaki yang sangat ia cintai...

“Hei cakk,”Cakka menolehkan kepalanya

“ehh, elo ag?”gadis itu duduk di sebelah cakka.

“gue udah denger semuanya, tentang elo dan Ify. Gue turut sedih ya buat elo.”

“iya, thanks.”

“kenapa elo nyerahin ify begitu aja ke dia cak?”

“gue ga nyarain dia begitu aja. Selamaa ini gue udah berjuang, tapi..gue gagal. Gue gabisa ngebuat dia jatuh cinta sama gue. Dia ga akan bisa bahagia sama gue. Gue kepengen ngeliat dia bahagia.” Cakka menatap lurus kedepan.

“gue ngerti sekarang, ify memang beruntung karna punya elo..”Gadis bernama agni itu tersenyum.
***
“Elo udah gapapa fy?”tanya Rio saat dokter  keluar dari ruangan Ify.

“udah kok yo,”

“syukurlah”

“kenapa elo bisa ada disini yo? Cakka mana?”

“Sori fy, dulu gue udah ninggalin elo.. Cakka udah nyerahin elo ke gue, dia mau elo bahagia fy.. dan ini buku lo..”Rio memberikan buku diary ify kembali.

Ify terdiam sambil menerima buku Diarynya. Matanya berkaca kaca sambil menatap kearah luar jendela. “Thanks cakk..”

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar