My story

Wellcome to my blog\(>.<)/

Kamis, 06 Januari 2011

My Blemish story (cerpen)





Pengen bikin couple lain,
Memang sih belom biasa sama couple yang satu ini…
Tapia pa salahnya mencoba?
Selamat membaca ya…

>>> 


Ketika kau harus memilih,
Dan ketika pilihan itu menjadi susah untuk dipilih..
Apa yang akan kau putuskan?

^^^

“wusshh… wusshh…” angin menderu keras membelai apapun yang ditemuinya. Mebuat gorden merah hati dikamarku melambai-lambai bak bendera dihari kemerdekaan. Hujan masih dengan beraninya membasahi bumi. Membuat semerbak bau debu yang aku suka. Kututup macbook putihku it. Kucoba melupakan apa yang sudah kubaca tadi. Yang cukup membuat otakku sekarat untuk mengingatnya. Ku hirup nafas dalam-dalam dan kukeluarkan perlahann. Berharap rasa ini turut berhembus keluar juga bersama nafas-nafasku tadi.

“hhh… “desahku pelan. Ku sandarkan tubuhku diujung tempat tidurku. Melipat kedua lututku dan memeluknya erat. Dapat kurasakan detak jantungku yang masih berdetak kencang serta aliran darahku yang rasanya juga sama derasnya dengan hujan diluar ini.
Aku menatap ke luar jendela kamarku yang cukup besar. Menerawang keluar.

Aku bangun dan mendekati jendela it. tetes hujan dengan beraninya mengembunkan dirinya dijendela kamarku. Deras. Dingin. Gelap. Itulah yang dapat aku lihat sekarang. hanya ditemani lampu hias yang terletak di pinggir tempat tidurku. Entahlah, aku tak sanggup lagi. Dengan lancangnya, dua butiran bening it menembus pertahanan mataku yang kupikir sudah cukup kuat. ‘aku lemah juga ternyata’ pikirku.

Aku menangis. Terus menangis. Sederas mungkin air mata it dapat aku keluarkan. Setidaknya dapat mengurangi rasa sakit ini. Walau tak semuanya. Aku menyandarkan diriku di jendela it. Menghitung butiran air hujan yang menempel disitu. ‘Banyak’ pikirku. Entah apa air mataku juga sebanyak it?
Ku lihat lagi inbox di ponsel hitamku. Terakhir kali 1 bulan lalu. Aku benar-benar merindukannya. Merindukannya sebagai sahabatku. Aku hanya merindukannya. Apakah it salah? Untuk kesekian kalinya kau menyalahkan aku, apakah mengharapkanmu menjadi sahabatku it juga salah?

Aku ingat. Ku ingat lekat-lekat katamu. Kau yang bilang bahwa aku ‘BEJAT’ iya kan? Aku tau mungkin kau membenciku sekarang. atau mungkin kata mungkin it kuhapus saja? Sehingga tercipta kalimat ‘kau membenci aku sekarang’ terserahlah!

Aku hanya mencitaimu. Hanya itu. Apakah itu kurang sederhana? Apakah aku juga tak diizinkan untuk mencintaimu? Lalu apa yang dapat aku lakukan? Melupakanmu? Sungguh! Itu terlalu susah untuk ku lakukan. Baiklah, mungkin aku akan menyalahkan hukum alam jika aku mencintaimu. Karena kau sudah kuberi predikat sebagai sahabat. Walaupun kelihatannya kau telah lupa bahwa kau itu ‘masih’ sahabatku. Andai kau tau aku juga tak mau mencintaimu. Semakin lancar waktu berjalan, semakin gencar pula kau menanam bom nuklir dalam hatiku yang selalu siap untuk meledak. Dan, semakin kuat juga pertahananku untuk berdiri dan selalu mencintaimu.
Suatu kamis di hari ke-21 di bulan oktober..
Aku sudah selesai dengan semua seabrek kegiatan yang cukup menyita energiku saat it.

“bisa bicara sebentar?” pinta seorang gadis yang telah berdiri bersama sahabatku Ify. Gadis itu yang menarik tanganku di belokan kelas. Memaksaku berkumpul dengan kalian.

‘aku bingung’ itulah yang dapat aku utarakan saat itu. Ada apa? Pentingkah acara enam mata ini?

“jujur sama gue, apa lo masih cinta sama dia?” tanya gadis it.

“dia?” tanyaku. Kurasa aku tau siapa yang dia maksud. Dan kurasa aku juga mulai dapat menerawang apa yang akan dia katakan. Kulirik sahabatku yang hanya menunduk it. Kenapa ia tak berani menatapku?. Pikirku heran.

“iya dia.” Ulang gadis itu lagi.

“nggak kok…” jawabku. Aku tersenyum tipis.

“gue tau semuanya. Ify sudah cerita ke gue shill, lo jangan boong..” ucap gadis itu lagi.

“emangnya kenapa?” tanyaku.

“gue e.. gu.. gue… ng.. dia..” kenapa dia tak bisa menjelaskannya kepadaku? Apa ada yang salah jika aku mencintainya? Maksudku, masih mencintainya.

“fy, apa’an sih? Serius amat?” tanyaku pada sahabatku yang sedari hanya mengunci mulutnya rapat-rapat.

“shill, maafin gue. Gue tau lo masih sayang sama dia.. maaf.”

“ya tapi kenapa fy??”

“mereka, mereka… mereka saling suka shill.” Jawab ify terbata-bata. Mendengar emapat kata tadi membuatku mematung. Seketika it rasanya urat gerakku putus. Tak dapat lagi rasanya aku bergerak. Sekalipun hanya untuk menggerakkan lidahku sendiri untuk mengatakan sesuatu. Baiklah, tak ada yang salah. Apa yang salah? Dia mencintainya? Tak salah aku pikir. Ini hanya tentang waktuku untuk belajar ikhlas.

Aku tersenyum. Berharap dapat menetralkan suasana. “nah, trus? Kenapa? Apa ada yang salah? Selamat ya? Kalian udah jadian? Wah… PJ ni… PJ… hehe..” ucapku jahil.

“shill, gue gak bermaksud ngerebut dia dari lo. maafin gue. gue tau lo masih cinta sama dia. Maaf shill.. ify udah cerita semuanya ke gue. Tentang lo, tentang dia, kalian. Semua perjuangan lo selama ini.. dan, gue sampe nangis denger semua kisah lo..” terang gadis yang sudah menjadi temanku sejak kami duduk dibangku smp hingga sekarang aku mendapat sebutan siswa kelas 2 SMA, dia masih tetap memeganng predikat sebagai temanku. Aku dapat melihat butiran yang mulai memenuhi pelupuk matanya. Yang bersiap meluncur dan melukiskan sebuah aliran sungai kecil dipipinya.

“ah, ngomong apa sih lo? gue tu udah gak punya perasaan apa-apa sama dia lagi..suer deh!” ucapku sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengajku sehingga membentuk huruf V.

“ah, shill, udah cukup shill… lo jangan kayak gini lagi. gue gak suka ngeliat lo yang sok kuat gitu. gue udah kenal locukup lama shill. lo.. aarrggh.. gue gak tega liat sahabat gue sendiri kayak begini.. lo harus..” aku tau ify mulai mulai emosi.

“fy, gue serius.” Potongku cepat. Sahabatku it menunduk. Mungkin menyesali perbuatannya yang telah menceritakan semuanya. Padahal, aku sama sekali tak menyalahkannya.

“ify gue minta buat cerita tentang semua perasaan lo. dan dia sampe nangis ngejelasin semuanya ke gue shill.. gue juga gak kuat dengerin semua penjelasan ify tentang lo. kalo lo emang masih cinta sama dia, gue bakal lepasin dia buat lo shil..” terangnya. Butiran bening It pun meluncur dari pelupuk matanya.

“denger ya?” ucapku pelan. Ku pegang sepasang bahu gadis itu. Berharap ia dapat merasakan apa yang aku rasakan.

“gue Cuma sahabatnya. Atau bahkan dibilang gue Cuma temennya. Dia Cuma masa lalu buat gue. Lo tau kan kalo hidup itu harus berjalan. Gue gak akan jadi orang yang menghentikan perjalanan lo buat ngerajut kisah bareng dia. Gue mohon. Lo jangan jadiin gue sebagai alasan lo nolak dia. Bahagiain kita. Bahagiain gue karna lo udah bikin dia bahagia. Dan bahagian dia karna lo udah mau nerima dia. Oke?” selangkah aku pergi,

“hmm… fy, udah ya? Gue gak nyalahin elo kok! Hehe..” aku pergi meninggalkan mereka dengan berasalan aku harus ke lab biologi untuk praktikum. Sekarang. koebohongan yang sungguh tolol menurutku.

Tuhan, apa yang harus kulakukan? Secepat itukah dia berpindah hati? setelah ify, sivia, sekarang Angel? Kau memang playboy. Tapi, untung saja semua sahabatku menolakmu karna dia tau tentang kita. Sedangkan dia, gadis itu? Dia sama sekali tak menolakmu. Dia malahan membalas baik perasaan cintamu. Ingin rasanya aku meukul wajah gadis itu. Tapi, kanapa harus ada kata ‘masih’ didepan harapanku itu?. Aarghh, sakit sekali rasanya. Seperti ada segerombolan virus mematikan yang menyerang tubuhku.

“shil, udah donk.. lo gak usah sok senyum gitu? gak tega gue liat lo gitu? plis shil, apa perlu gue ngomong ke Angel kalo lo masih cinta sama dia?”

“eh.. gak usah fy… apaan sih lo? Ogah ah!” sambarku cepat. Seharian ini, ify selalu sibuk memikirkan perasaanku. Padahal, aku sendiri tak mau ambil pusing. Lebih baik aku memasukkan seribu rumus fisika yang tak akan aku mengerti dari pada aku terus memikirkan mereka.

“shill, lo kok pucet? Pasti gak sarapan lagi?” selidik ify.

“hehe.. as usual.” Jawabku enteng.

“tuh fy, lo panas lagi. Demam ya? Lo mulai kapan gak makan? Bawa obat gak? Udah. Lo pulang aja ya? Gue anter deh..” celoteh ify. Tanpa disadari ternyata angel yang sedari tadi duduk dibangku dekat kami mendengar perbincangan kami tadi,

“tuh kan fy? Lo pasti sakit gara-gara gue? Iya kan?”

“gak kok.. gue emang gak sarapan tadi” ucaoku sambil mengulas sebuah senyum.
Baiklah, saatnya pulang. ‘pulang’ aku membenci kata-kata it. karena, aku bukan anak kebanyakan. Yang akan disambut senyuman hangat saat disampai di istanaku. Bukan. Aku bukan seperti it. Orang tua lebih memilih tersenyum menyambut klien-klien mereka yang aku pikir sama sekali tak penting.

Aku meraih macbook putih yang kubeli atas kerja kerasku sendiri. Aku mulai memencet tombol on, dan sejurus kemudian, mac it sudah menyala dan siap kubawa didalam dunia blogku. Jari jemariku dengan indahnya menari di atas tuts-tuts keyboardnya. Merangkai beberapa buah kalimat dan tercipta sebuah curahan hati disitu. Kuceritakan semuanya. Tanpa sensor. Bahkan nama kami pun tak aku sensor! Biarlah, Aku tak peduli. Lagi pula mana tau mereka alamat dunia kecilku ini? Iya kan? mereka iu manusia fecebook yang Cuma updatenya di situs social it saja. Apa pentingnya coba?

Cuma ada status dan foto-foto disitu. Dan beberapa orang alay yang selalu meng-update statusnya tiap detik. Selesai. Ku baca lagi postinganku kali ini. Aku yakin jika dia mambacanya, dia akan marah padaku. Aku tak peduli. biar sekalian saja dia tau isi hatiku. Maksudku mereka.

Hiruk pikuk pembicaraan bisnis orang tuaku membuat ku sumpek malam ini. Aku sendiri belum mengisi perutku sejak tadi pagi. hanya sebotol minuman karbonasi dan snack milik ify yang aku habiskan tanpa persetujuannya dikantin tadi. Aku putuskan untuk keluar rumah. Setidaknya masih ada hal lain yang dapat aku lihat di sekitar perumahan ini. Kutenteng tas gitarku yang tebal dan terbuat dari kulit it menuju recreation hall di komplek perumahanku.
Di taman komplek, tepatnya dipinggir kolam, aku duduk sendiri. “ceklek…” kubuka tas gitarku yang cukup berat. Jari kananku sibuk bergesekan dengan senar yang dulu pernah melukai tanganku ini. Sedangakan jari kiriku sibuk memindah-mindah posisi dan menekan senarnya. Meciptakan nada indah yang membuatku terhanyut.

I could honestly say
You've been on my mind
Since I woke up today (up today)
I look at your photograph
all the time
These memories come back to life
And I don’t mind

Aku mengingat semuanya. Semua kenangan kita, Menari-nari dihadapanku. Membuat aku rasanya ingin ikut menari juga bersama kenangan itu. Saat pertama kali kau menjadi sahabatku. Kau belum dapat mengeja namaku dengan benar. Begitu juga aku. Saat pertama kali kau bilang kau cinta aku.

Dan konyolnya, kita masih mengenakan seragam sekolah dasar. Saat kau hadir kembali dalam hidupku dan memberiku kabar baik bahwa kau juga masih mencintaiku. Disaat itu aku tak seidikitpun melupakanmu. Aku selalu menunggumu. Berharap banyak terhadapmu. Walau aku harus menerima kenyataan bahwa kita beda sekolah. Dan saat kau hadir sebelum aku memakai seragam putih abu-abu it, kau memberi kado terbaik dihari ulang tahunku yang ternyata sangatlah menyakitkan.

Kau memintaku menjadi kekasihmu. Kupenuhi itu. Tentu saja. Itu harapanku. Khayalan yang selalu menghuni mimpiku. Tapi ternyata, kau hanya menjadikan ku bahan bercandaan bersama teman-temanmu. Tega, Pikirku. Dan it kau lakukan saat aku mengulang hari kelahiranku. Tanpa kau sembuhkan luka itu. Aku sampai pontang-panting menyembuhkan luka ini. Yang masih sakit hingga saat ini. Tapi hasilnya nihil.

I remember when we kissed
I still feel it on my lips
The time that you danced with me
With no music playing

Aku manatap air kolam yang tenang itu dengan nanar. Cahaya lampupun semakin membuat mataku bercahaya karna ada beberapa butir cairan yang siap turun dari mataku. Tapi kutahan.

i remember those simple things
I remember till I cry
But the one thing I wish I'd forget
A memory I wanna forget
Is goodbye…

Cukup. Aku tak mau larut. Aku tak mau terlihat lemah. Kulihat sekitarku. Untung saja sepi. Hanya ada 1-2 pelanggan di café seberang kolam ini. Aku harus kembali. Bersiap untuk tidur dan besok harus kembali ke gedung sekolah dimana aku telah mendengar kabar terburuk itu tadi pagi.

Sebelum tidur, ku usap amplop coklat yang aku terima bulan lalu it. Hanya ada bahasa labolatorium didalam amplop it yang sama sekali tak aku mengerti artinya apa?. Tapi, ada satu kalimat yang cukup menegaskan tentang apa yang aku idap selama ini. Dan, ternyata, aku… ah, sudahlah! Benar-benar tak ada mood untukku membahasnya. Dadaku selalu sesak jika membahas hal itu. mengikis harapanku saja.
Disekolah, selalu berjalan seperti biasa. Santapan rumus matematika selalu menyerbu otakku dan membutanya ingin meledak. Aku letih, aku beralasan ijin saja kekamar mandi.

Dikoridor sekolah aku berpasan dengan dia. Yang aku ingat semalaman. Yang telah membuat kenangan-kenangan indah dan pahit didalam hidupku. Dia menatapku. Tajam. Sakit. Apa? Ada yang salah? Pikirku. Saat pertama kali masuk disekolah ini, kau selalu bertanya, “kenapa lo merhatiin gue kayak yang lo gak seneng sama gue gitu?” dan, akupun belum dapat menemukan jawabannya hingga saat ini.

Aku tak menghiraukannya. Jika ada seseorang yang bertanya. Maukah kau sekedar menyapanya? Sangat! Aku akan jawab itu dengan penuh semangat. Aku memang ingin manyapanya. Sekedar ingin menyapanya. Tapi, aku juga abg yang selalu memegang teguh kata ‘gengsi’ untuk mempertahankan harga diriku.

Bailah, ini cukup menegangkan. Lihat kan? aku berpapasan saja sudang tegang. Keringat dingin pula.

Singkat cerita..
Aku harus bersiap. Karna sebagai anggota pecinta lingkungan aku harus bersiap untuk menghadiri sebuah kegiatan di luar sekolah. Teman-temanku termasuk ify sudah meninggalkanku ke parkiran. Aku masih sibuk mengatur barang-barangku yang tadi berjatuhan. Tanpa aku sadari, ternyata aku berada didepan kelasnya. Aku melihat dia keluar. Sekedar membuang sampah. Dan dia berteiak. Wlau tak begitu kencang, tapi cukup terdengar hingga kedalam kelas.

“eh, riko liat deh! Ada cewek bejat tu! Ko, liat deh..” ucapmu sinis. Aku tak tau siapa yang kau maksud. Hanya ada aku dikoridor itu. Dan kau menunjuk kearahku. Apa maksudmu aku yang bejat? Aaarrggh, apa lagi ini? Apa lagi salahku? Tuhan, kuatkan aku. Aku pergi tanpa menghiraukan cemoohmu tadi yang cukup membuat aku sakit.

----------------

Pernakah kau?
Pernahkah kau mengisi penuh halaman hidupmu tentang seseorang yang tak pernah menghargaimu?
Hingga membuatmu lupa untuk menceritakan hal lain yang lebih membuatmu bahagia?
Kau akan menjadi sangat konyol..

-----------------

#malam hari

Aku lelah setelah seharian ini berkegiatan diluar sekolah. Aku ingin istirahat. Rasanya pusing sekali. Sekelebat pemikiran telah meracuni otakku. Rumus fisika, kondisiku, omelanmu, orang tuaku, aarrghh.. aku lelah. Aku tertidur juga akhirnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dunia ini akan menjadi lebih terang dengan adanya kau disini..
Kau adalah inspirasiku, kau adalah api yang menyala didalam hatiku. Dan tak ada yang dapat menjelaskanya lebih baik..
**********************
Aku cukup menghilang disekolah. Dan, kawan-kawanku cukup merasa aneh atas ketidak masukanku yang terlalu sering. Mereka sering mengintrogasi ku, dan aku hanya dapat menjawab, “papa gue minta gue urusin perusahaan bentar..” aku tak tau alasan itu cukup logis atau tidak, yang jelas mereka percaya saja.

“shil, kemana aja lo? Lama banget gak masuk? Seminggu tau!” sapa ify.

“hehe.. sori! Itu, papa ajak gue ke spore. Ngurusin bisnis gitu deh..” ucapku bohong. Sedikit perbicanganku terpotong karena hadirnya angel diantara kami.

“shil, bisa ngomong bentar?” aku mengangguk lemah. Dan membuntut dibelakangnya. Dia berhenti tepat ditaman sekolah. Cukup sepi memang. Hanya ada beberapa anak yang berdiskusi tentang mata pelajaran yang tak dimengerti atau mereka-mereka yang sedang bermesraan memuji satu sama lain sebagai kekasih.

“maaf kalo gue udah bikin lo sakit hati. Gue tau mungkin sekarang lo udah benci sama gue.” Ucapnya pelan tapi cukup ku tangkap baik-baik ditelingaku. “tebakan yang tepat!” batinku. Aku tetap tersenyum.

“lo cinta sama dia ngel?” tanyaku sambil tersenyum tipis. Kulihat ia mengangguk. Pelan tapi pasti. Huh… aku harus bagaimana? Aku tak tega menyalahkanya. Bukankah setiap manusia berhak memilih cintanya masing-masing? Aku mungkin masih perlu waktu untuk belajar ikhlas.

“lo udah jadian sama dia?” dia mengangguk sekali lagi. ‘yang tegar shil’ ucapku dalam hati mencoba menguatkan diriku sendiri.

“shil, gue mungkin orang terjahat didunia ini. Gue tega ngambil orang yang dicintai sama temen gue sendiri.. tapi gue gak bisa ngelakuin apa-apa lagi shil.. gue emang.. cinta… sam dia” ucapnya tebata-bata.

“apa yang mesti lo takutin ngel? Denger ya, gue akan selalu ngedukung elo. Apapun keputusan lo. Jangan pikirin gue. Udah. Gue gak papa.. lo harus terus ngejalanin cinta lo ini. Kalo lo gak nerima dia, lo bakalan nyakitin gue dan nyakitin dia. Lo mau nyakitin kita? Gak kan? Dia itu sahabat gue ra, kalo sampe dia kecewa, gue bakal sedih banget.” Ucapku. Entah dari mana kata-kata itu ku dapat? Dengan lancarnya kata-kata itu keluar dari mulutku.

“gue denger lo udah gak deket lagi sama dia kan? lo gak pernah disapa sama dia kan? itu pasti gara-gara gue.. maafin gue shil..”

“ah, ngel! Lo kok minta maaf mulu sih? Gak capek? Udah deh. Gak papa kok! Udah ya? Jangan nangis lagi, brabe ntar kalo dia liat lo! Eh, gue ke kelas dulu ya? Bu winda ntar lagi dateng ni? Lo gak papa kan ngel?” dia hanya mengangguk. Aku pergi meniggalkannya yang mungkin sedang sibuk menata hatinya yang sedang bingung.

“braakk…” lelaki itu membanting meja dihadapanku. Membuatku cukup terkejut.

“apa-apaan lo shil?” teriaknya. Aku mengangkat sebelah alisku. Keringat dingin mulai deras menyerang tubuhku.

“apa?” tanyaku pelan. “tega lo! Lo tau apa yang udah lo tulis di blog lo itu? Ha?? Lo itu udahbuat dia nangis shil! Tega lo ya? Dia itu gak mau jadian sama gue Cuma gara-gara dia mikirin lo. SALAH SIAPA LO MASIH SAYANG SAMA GUE? Itu tu udah masa lalu shill. Bisa gak sih lo lupain? Gue itu bingung harus bersikap gimana sama dia. Dia itu Cuma pengen lo kayak waktu smp dulu. Gue capek selalu nanangin dia sampe malem yang alasannya Cuma mkirin elo!!” dia mulai emosi.

Perih. aku ingin menangis. Sekarang. saat ini juga. Dihadapannya. Aku ingin meronta memohon agar dia jangan lagi menyalahkan aku lagi. Tidak bisakah dia manjaga perasaanku? Aku ini juga bisa menangis. Apa salah jika aku masih mencintaimu? Jika iya. Maaf.

“lo ngomong apaan sih kka?”

“bejat! Maksud kata bejat di blog lo itu angel kan? cemen lo.” Ucapnya. Sebisa mungkin aku tersenyum. Menyimbolkan rasa hancur dihatiku yang tak dapat lagi dijelaskan..

“maafin gue.. itu Cuma curhatan gue. Apa ada yang salah? Kalo lo gak suka, lo mending gak usah baca blog gue..” Ucapku pelan mencoba tetap tenang.

“aarrgghh.. mau lo itu apa sih?” aku tak kuat melihatnya marah begitu padaku. Sepanjang sejarah hidupku, dia tak pernah semarah itu. Apalagi hanya membela gadis itu. Gadis yang ia baru kenal 5 bulan terakhir ini. Sedangkan aku? Aku suda bertahun-tahun mengisi lembaran hidupnya.

“maaf. Gue gak bakal ngelakuin itu lagi. Sampein maaf gue buat angel. Dan…. Maaf juga kalo sikap gue yang masih mencintai elo itu salah. Maaf karna kelancangan gue masuk dalam hidup kalian.” Aku langsung pergi meninggalkannya yang aku yakin dia masih emosi kepadaku. Aku pergi. Entah kemana kulaju mosil swift putihku itu. Dipantai. Aku sampai juga kesini.
Aku terjatuh dipantai itu. Jatuh diatas pasirnya yang lebut dan putih. Angin sejuk langsung menyapaku. Deru ombak juga menyambutku. Menghilangkan sejenak rasa sakit itu. Aku menangis. Untuk kesekian kalinya aku menangis karena dia. Bodohnya aku.

^^^^^^^^^^

Aku kelelahan setelah acara menangisk tadi sore. Aku hanya tertidur. Kulirik jam beker hitam dilaciku. 21:36. huhh.. aku bahkan belum melepas seragamku. Sebuah pesan mengisi inboxku. Dan pengirimnya. Angel. Ya. Aku tadi mengirimkannya pesan. Singkat. Tapi aku pikir cukup pasti.

To:angel >.<
Gue tau lo pernah ada diposisi gue skr.. gue tau lo juga bisa ngerasain apa yang gue rasain skr.. gue yakin lo bisa ngambil keputusan yang terbaik.. buat lo, buat gue, buat kita….

Ashilla
Singkat tidak? Aku pikir itu singkat. Dan, dia membalasnya.

From : angel >.<
Maafin gw shill, gw gak bakal miliki dia seutuhnya. Gw janji. Gw akan belajar menghormati lo sbg sahabat gw..
Aku memilih untuk tak membalasnya. Aku terlalu lelah. Kulanjutkan saja acara tidurku malam ini. Sebelum beberapa rasa nyilu kembali menyerangku lagi.

^^^^^

“BRAAAAKK!!!!....” papaku membanting macbok kesayanganku itu.

“papa, papa apa-apaan sih pa?” tanyaku parau.

“apa itu? Juara 2? olimpiade fisika? Mau jadi apa kamu? ha??”

“pa, aku ini yang aku bisa. Papa gak bangga sama aku?”

“bangga apa ini shila? Cuma nasional? Kenapa harus nasional kalo kamu bisa internasional? Percuma mama ajak kamu bolak-balik luar negri kalo kamu seperti ini..”

“mama, papa maunya apa? Kenapa kalian gak bisa menghargai aku sedikit aja!!! Aku capek ma, aku selalu jadi bonekanya kalian!! Aaarrgghh…” teriakku.

“PLAAAAKK!” sebuah hadiah tamparan keras dari papa mendarat dipipiku. Membuat pipiku, sepertinya memar. “berani melawan? Diajari siapa melawan?” bentak mamaku. Aku hanya merintih. Sakit sekali rasanya. Tega sekali mereka.

“apa kurang papa kasih uang jajan? Ini itu? ATM? Mobil? Kurang?”

“ambil pa… ambil semua. Shila gak butuh! Yang shila butuh Cuma kashi sayang papa sama mama. Silahkan, silahkan kalian kembali sibuk dengan agenda meeting kalian itu yang lebih penting dari pada shila.”

“SHILA!!!!” bentak mama.

“apa ma? Tampar shila lagi! Biar jadi pipi tomat sekalian ni pipi shila! Shila capek ma? Shila iri sama temen-temen shila yang setiap pulang sekolah bisa curhat sama mamanya? Lha mama? Kemana mama waktu shila butuh tempat buat mengadu? Buat menampung air mata shila? Kemana mama yang harusnya menghargai apapun yangbisa shila dapetin dari hasil kerja keras shila? Bukannya malah menuntut lebih! Dan KEMANA KALIAN WAKTU AKU DIVONIS KANKER OTAK STADIUM AKHIR SAMA DOKTER SIALAN ITU? Aku shila.. aku masih anak kalian..” aku pergi meninggalkan mereka.

“shila!! Sini kamu!! shila! Kamu harus jelasin apa maksud kamu?” teriak papa dari dalam rumah. Aku tak membiarkan mereka. Biar saja mereka larut dalam rasa bingung mereka sendiri. Aku ingin pergi. Kemanapun waktu melaju membawaku. Aku hanya ingin tenang.

Aku terjerat dikamar apartementku sendiri. Semalaman aku terisak sendiri di tepi pantai. Baru tengah malam aku kembali kesini. Setelah kejadian kemarin antara aku VS kedua orang tuaku. Aku tak kembali kerumah. Aku memilih menghuni apartement yang sudah seminggu ku tinggal ini.Tak ada yang dapat kuminta untuk menemani aku. Ify-pun masih ada diluar kota. Kuputuskan, aku pergi keluar sendiri. Jenuh..

@purple dejavu café


“sial…” bajuku basah. Aku kedinginan, hujan-hujan itu menyapaku. Membuat gigi-gigiku menggertak kedinginan.
Aku duduk di bangku pojok. Disebuah sofa hitam empuk. Lumayan. Mengurangi rasa lelahku setelah berjalan dari parkiran mall tadi. Posisi yang tepat. aku dapat dengan leluasa memperhatikan hujan-hujan yang ramai-ramai menyerbu permukaan bumi. Membasahi apapun yang mereka mau. Menciptakan sebuah embunan kecil dikaca café. Jari telunjukku melukis dua buah huruf diatas embunan itu. Aku hanya tersenyum kecil.
Sesekali kuhirup aroma manis dan hangat dari hot chocolate yang tadi kupesan. Sambil menyendokkan black forest mini kedalam mulutku, ku bolak-balik saja majah girls yang ada di meja café ini.

Pandanganku tersita oleh sepasang orang yang duduk disebuah bangku. ‘mereka?’ aku sedikit terkejut. Kututupi wajahku dengan majalah girls tadi. Entah apa aku meletakkannya terbalik atau tidak, aku tak peduli. Kuharap mereka tak mengenaliku. Sedikit-sedikit kuintip aktivitas mereka.
Sial! Mesra sekali mereka. Suap-suapan, dia mengusap rambut basah gadis itu penuh cinta. Dapat kulihat sorot matanya. Munafik! Angel bilang dia akan berusaha menghormatiku? Apa ini namanya? dia sudah menusuk aku!

Aku memperhatikan keadaanku saat ini. Berantakan. Rambutku cepol asal. Kemeja kotak-kotak yang kubiarkan terbuka dan memperlihatkan kaus hitam polos, celana jeans hitam, dan sepatu kets merah. Tas yang kuselempangkan. Bayangkan dengan dia.
 
Dia terlihat anggun dengan dress soft yellow selutut yang dan celana ketat coklat tiga perempatnya. Apa namanya? Legging? Ah, tau lah! Rambutnya walau basaha juga terlihat rapi. Ia juga dengan lincahnya menggunakan hingheel ber-aksen orange itu. Bayangkan saja jika aku memakainya, kaki dan lututku pasti sudah terluka akibat terjatuh. ‘aku bukan dia’ rutukku dalam hati.

Sudah cukup aku membakar hatiku sendiri dengan terus memperhatikan mereka. Kuputuskan untuk pergi saja. Aku harap mereka tak melihatku. Tentu saja mereka tak akan melihatku. Mereka sedang asik memamerkan kemesraan. Aku keluar. Walau hujan, aku tak peduli. Biar saja aku basahi lagi badanku angbaru saja kering. Mungkin saja rasa sakt ini turut hilang beriringan dengan turunnya hujan.

^^^^^^^^^

“fy, shila mana?” tanya angel.

“wah, gak tau gue ngel.. dia gak masuk dan gak kasih kabar ke gue tuh.. kenapa?” jawab ify bohong.

“gak papa.. fy, kok shila jarang masuk sekolah lagi sih gue liat?”

“ha?? E.. iya, di.. dia.. nemenenin bokapnya di spore. Ngurus bisnis..” ify gelagapan.

“cewek? Ngurus bisnis? Dispore? Wow!!” angel membentuk mulutnya menjadi huruf o. ify hanya mengangguk agar dapat sedikit meyakinkan angel.

“ya udah deh, salam aja buat ify..”

“iya..” jawab ify. Engel pun pergi meninggalkannya. “fiuhh..” pikir ify.

^^^^^^^^^^^

“shil, tadi angel nanyain lo. Oh ia, maaf ya shil sebelumnya, gue mau cerita..” ify menyetuh punggung tanganku.

“jadi shil, ternyata, mereka udah jadian. Gue sebel sama mereka. Gue sebel kenapa mereka gak ngerti elo kayak gini. Apa lagi kondisi lo kayak gini? Maaf ya shil, kalo beritanya malah bikin semangat lo nyusut. Lo harus bangun shil.. jangan biarin mereka menganiaya lo terus.. gue mohon shil, bangun.. gue kangen banget sama lo! Kita udah jarang banget ngumpul-ngumpul..” sebuah cairan hangat jatuh dilenganku. Air mata ify. Ify menagis. Ya tuhan, aku tak tega jika temanku yang satu ini manangis begini. Apa lagi Cuma karna kondisiku yang sekarat begini.

“gue harap gue bisa ngasih sedikit energi ke elo shil.. meskipun lo gak sadar, gue yakin lo bisa denger gue shil.. lo bangun ya shil.. gue kangen lo.. anak-anak juga kangen lo..” ify mengelus lembut pipiku. Dan, ia pergi meninggalkanku.

“makasih fy..” ucapku dalam hatiku. Aku masih tak sadarkan diri setelah virus-virus itu menyerang aku lagi. Aku sekarat. Sudah tiga hari ini aku koma. Aku juga sudah menjelma seperti robot. Selang-selang yang berwarna-warni itu menancap di tubuhku. Jarum-jarum suntik yang setiap hari harus ditusukkan kedalam tubuhku. Cairan-cairan obat itu sudah sukses mengkontaminasi tubuhku. Hari-hariku hanya dipenuhi dengan suara bip dari alat pengukur detak jantung itu. Bernafaspun aku masih menggunakan masker pengap sialan itu. Aku terkekang. Setiap 2 jam sekali, Dokter-dokter dan pasukannya itu akan menengokku. Melihat apakah aku masih diizinkan hidup atau tidak.
Disatu sisi, aku ingin bangun, disisi lain, aku akan tetap begini. Ini bukan kehendakku. Aku merindukan mereka. aku merindukan ify, aku merindukan orangtua yang selalu sibuk menuntut itu.
Seminggu berlalu…

Ify selalu membawa kabar-kabar tentang mereka. Walau ceritanya tak pernah aku sauti, tapi dia satu-satunya orang yang selalu setia menemaniku.
“hai shila… pagi.. shila bangun donk? Kangen gue sama lo!!!” ify menggenggam tanganku erat.

“shil, orang tua lo berubah! Lo tau? Mereka udah sering jenguk lo!! Semalem mereka disini ngejagain elo! Dan gue denger dari mama lo, katanya semalem lo mau sadar ya? Yah.. kkok lo gak sadar sih” aku dapat melihat ekspresinya yang manyun itu. Lucu sekali.

“oh iya.. ada kabar baik.. nah, ternyata mereka udah putus shill!! Yeeyy.. gue turut seneng ya shil? Jadi gini shil, angel itu ternyata baru putus sama si riko 2 bulan lalu. Nah, dia Cuma jadiin si cakka itu pelarian doank!! Lo tau gak? Cakka marah besar! Mereka sampe tengkar dikoridor sekolah mereka! Diliatin anak sesekolahan lagi!!!.. Puas gue liat mereka bertengkar. Karna sahabat gue gak akan tersakiti lagi.. ya, walaupun kedengerannya ge jahat!! Hehehe… senyum donk shil. Jelek lo menyun mulu! Makanya bangun! Biar cantik kayak gue.. ahil, sory ya? Gue gak bisa lama? Cuma mau nyampein itu? Gue mesti balik.. nyokap gue telfon.. see you my shila..” ify mengecup keningku.

“gue kangen lo! Cepet bangun ya..” bisiknya tepat ditelingaku. Aku juga merindukanmu ify. Tapi apa daya? Ini bukan mauku..

^^^^^^^^^

“eh fy..” panggil seorang cowok dari ujung koridor. Ify berlari kecil menuju kearahnya. Sedikit menerobos ramainya aktivitas koridor sekolahku.

”kenapa kka?” tanya ify. “ntar pulang sekolah ikut gue bentar ya? Ada yang mau omongin ke lo! Gue tunggu di puple dejavu café. Oke?” terang lelaki itu. Ify Cuma magggut-manggut sebagai jawaban iya.

@purple dejavu café


“ada apaan ni kka? Tumben-tumbenan..”

“e.. gu.. gue.. e..” cowok itu gelagapan buat nanya sesuatu.

“shila kamana ya fy?”

“masih peduli lo sama shila?”

“lo pikir?”

“lo iu jahat tau!! Tega lo nyia-nyiain mahluk tuhan sebaik dia Cuma buat mahluk tuhan sebusuk tu cewek!” jawab ify emosi.

“maksud lo?” tanyanya lagi.

“lo masih gak ngerti? Ampun deh lo!! Shila itu masih sayang sama elo! Dari dulu. Sampe sekarang. dia itu udah susah payah ngejaga perasaannya utuh buat lo! Dia selalu tersenyum tiap lo jadian sama cewek lain. Bukan karna dia seneng. Tapi karna dia terlalu pintar buat bersandiwara didepan lo!!. Begitu dia tau kalo dia Cuma jadi pendengar yang baik buat semua curhatan lo tentang cewek-cewek lo, dia itu seneng banget..” balas ify emosi. Wajahnya mulai merah. Cowok dihadapannya itu Cuma menunduk. Kelihatannya menyesal.

“ya itu fy.. gue pengen minta maaf sama dia.. apa lagi waktu itu gue udah bentak-bentak dia karna dia nulis-nulis di blognya?”

“oo.. jadi lo yang udah ngebentak dia? Aarrghh.. lo tau gak sih kka? Dia semaleman dipantai gak pulang. Dia Cuma diem. Gue tanya gak dijawab. Gue pikir dia tengkar lagi sama ortunya. Ternyata lo? Ngapain sih lo nyalahin shila? Dia kan Cuma curhat? Gimana kalo lo ada diposisisnya shila? Dia itu tegar! Gue salut sama dia. Dan gue heran sama lo yang udah dengan begonya nyia-nyiain sahabat gue yang baik itu.”

“gue sebel waktu itu. Angel nangis terus..”

“angel? Apa bandingannya angel sama shila? Shila udah bertahun-tahun lo kenal kka.. sedangkan angel.. baru pas masuk SMA lo kenal dia, tapi kenapa lo malah belain tu cewek? Mana lo pake nyalahin shila lagi! Gue aja sampe nangis dengerin ceritanya dia. Bukan dia yang nagis.. tapi gue.. hebat kan dia?”

“iya gue nyesel banget fy.. gue pengen minta maaf sama shila. Dan mulai semuanya dari awal. Sekarang, shila dimana?”

“shila di RS!” jawab ify singkat.

“RS? Kanapa?”

“kanker!” ucap ify keceplosan yang langsung nutupin mulutnya pake tangan kanannya.

“fy, jelasin ke gue apa maksud lo tadi. Shila kena kanker?” ify diam. Ia dalam keadaan mepertimbangkan janjinya kepada shila dan dia ingin membantu shila.

“iya kka.. shilla kena kanker..’ jawab ify lirih.

“kanker apa fy?” tanya cakka menguncang-guncang bahu ify.

“dua tahun lalu, shila divonis kenker otak stadium awal. Dia gak ngasih tau ke orang tuanya karena orang tuanya yang super sibuk itu. Dia bahkan gak ngasih tau gue. Gue baru tau pas ngacak-ngacak lacinya. Setahun berlalu, shila gak ngerasa sakit yang berlebiha kayak awalnya. Tapi, itu titiknya. Dia malah naik jadi stadium tiga. Doter nyaranin buat di kemo. Tapi, shila ngotot gak mau. Waktu dia mau ngaku sama orang tuanya, orang tuanya malah pergi ninggalin dia ke jepang selama satu tahun ngurusin perusahaan bokapnya shila. Shila sendirian, Kesepian. Cuma gue yang nemenin dia. Pas mau masuk SMA, lo ngerjain dia buat jadi pacar lo kan? lo tau dia sakit banget pas saat itu! Tapi dia lega pas kalian sahabatan. Sekalipun Cuma sahabatan. tapi Pas masuk SMA, dia seneng banget waktu tau dia satu sekolah sama elo! Tapi lo malah kayak gitu. lo malah makin mejadi-jadi. Nembak cewek sana-sini. Tanpa lo sadar, lo selalu nyakitin shila. Lo selalu nyalahin dia kalo kalian lagi ada masalah. Dan dia selalu mengalah walaupun itu lo yang salah! Tapi, dia tetep bisa nerima lo sebagai sahabatnya.. “

“trus, masalahnya jadi tambah berat. Orang tuanya jadi banyak nuntut, shila yang notabene anak penurut nurutin semua mau ortunya. Bolak-balik luar negri, ikut lomba ini-itu. Shila gak pernah dapet kebebasan milih jalannya sendiri. Setiap dia menang juara dua aja, dia langsung dibentak-bentak sama ortunya. Penyakitnya tambah parah karna keadaan shila yang super sibuk. Dia gak pernah pulang. Kalo pulang mesti malem. Gak ada yang ngurusin dia. Ortu tetep aja sibuk. Dia selalu kabur ke apartemen. Dia bilang dia gak kuat sama ortunya. Titik puncaknya, shila divonis stadium akhir. Dan, lo nambah-nambahin masalahnya dia.. dia jadi kehilangan semangat hidupnya.. minggu lalu, di ngedapetin lo lagi jalan sama angel. Dan lo tau apa yang angel lakuin? Dia itu udah janji sama shila buat gak mau lagi deketin lo. Karna shila itu masih sayang sama lo! Tapi, di malah jalan sama lo! Pacaran malah. Pas pulang dari mergokin kalian itu, dia bertengkar hebat sama ortunya. Sampe akhirnya dia ngaku dia kena kanker. Tapi telat. Hidupnya shila sekarat. Dia udaj koma seminggu ini..” ify sesenggukan ngejelasin semuanya. Cakka menunduk menyesal. Mengingat kembali semua yang pernah aku lakukan untuknya. Semua pengorbananku untuknya yang selalu ia pandang sebelah mata.

Sekarang apa yang dapat ia lakukan?

“anterin gue sekarang ke tempat shilla..”pintanya.

>>> 

@rumah sakit.


“tante.. om.. kenapa?” ify langsung menghampiri mama yang sesenggukan nangis diruang tunggu. Papa Cuma berusaha nenangin mama.

“shi.. shila…” ucap mama terbata-bata. Air matanya terus jatuh. Matanya udah sembab. Pertanda bahwa mama bukan baru saja menangis. Tapi sedari tadi. Papa juga terlihat berusaha menahan air matanya yang siap meluncur jatuh.
Ify dan cakka langsung masuk kedalam ruangan beraroma obat itu.

“Shila masih tidur ya?” tanya cakka polos.

“dia tidur nak.. untuk selamanya..” ucap dokter itu sambil memegang bahu cakka. Seraya pergi meninggalkan mereka bertiga.

“shil.. shil… bangun shil…. Shil lo gak boleh pergi!! Lo belom pamit ke gue.. shil, jangan pergi bangun shil!! Hikss…” ify menangis histeris. Ia manggunang-guncang tubuh shila yang masih mengenakan seragam biru Rumah sakit itu.

“shil, gue udah bawa cakka kesini, lo harus bangun. Lo gak mau ngeliat mama-papa lo yang udah berubah? Lo gak mau jalan-jalan lagi shil sama gue? Hikss… lo gak mau jadi pacarnya cakka apa? Lo gak mau gue panggil nyonya cakka entar kalo udah gede? Shil.. bangun… hikss.. lo punya seribu mimpi yang belom lo capai sampe saat ini..” ify menangis. Cakka berjalan mendekati tubuhku yang sudah terbujur kaku. Semua selang dan alat-alat yang membuat tubuhku seperti robot sudah dilepas.
Cakka menggenggam tanganku.

“maaf gue…” kata-katanya terhenti.

“gue bego! Gu udah nyia-nyiain lo! Bangun donk.. buat gue.. buat ify.. buat orang tua lo.. buat kita semua.. gue belum sempet minta maaf sama lo!! Gue belum sempet ngeliat lo ketawa lagi dihadapan gue. Gue belum sempet dengar elo manggil nama gue untuk yang terakhir kalinya..” dua butir air suci itu turun dari matanya.

“bangun shil.. sebentar aja.. lo belum ngasih gue salam perpisahan.. shil, gue sayang elo! Gue gak munafik. Ini bukan sayangnya gue sebagai playboy. Ini sayangnya gue. tulus.. Cuma lo yang punya. Selama ini gue Cuma terlalu keras nyimpen perasaan ini ke lo.. alasannya, gue takut lo udah benci sama gue. Dan gue harus kehilangan lo! Dan sekarang gue bener-bener kehilangan lo! gue sadar shil.. gue sayang elo! Gue belum bisa kehilangan lo.. lo bahkan belom ngasih pesan-pesan terakhir buat gue.. maafin gue yang udah marah-marah ke lo.. maaf shil.. maaf.. gue emang bego..tolog bangun.. sekalipun lo gak bisa bangun, tolong jawab gue. Dengerin kata-kata gue tadi, dan tersemnyumlah buat kita.. gue kangen lo shil..” cakka memelukku erat. Menumpahkan air matanya di bahuku.

^^^^^^^^^^

Dear ify,
Dan, gue harap surat ini juga bisa lo baca cakk..
Waktu gue udah nyampe dirumah tuhan, kalian pasti lagi baca surat yang dikasih mama gue ini..
Dan gue tebak, lo nangis ya fy? Jangan donk sayangku… gue gak suka liat lo nangis.. ntar gue gentayangin lo ya? Hehehe…
Gue pergi dulu ya..
Jangan berharap gue pergi Cuma sebentar fy..
Maaf ya fy udah bikin lo nunggu kesadaran gue…
Pas tengah malem gue sadar, tapi kayaknya besok nyawa gue bakalan over deh! Hehehe..
Jadi, gue buru-buru tulis surat ini deh..
Ify…
Gak banyak yang mau gue bilang selain maaf dan terimakasih..
sel kanker keparat ini mulai mangabisi tenaga gue. Sekalipun Cuma buat nulis..
Gue gak tau mau ngomong apa-apa lagi..
Mungkin sedikit bercak darahyang ada dikertas ini udah cukup buat ngejelasin semua perasaan gue..
Makasih untuk semua kasih sayang lo sebagai sahabat..
Cakka..
Gak banyak juga yang mau gue sampein..
Selain terima kasih Untuk tahun-tahun yang luar biasa…
Untuk satu lemabaran cerita yang udah lo tulis di relung hati gue paling dalam…
Gue baik-baik aja disini..
Gue harap kalian juga masih bisa berdiri baik-baik aja disana..
Disini, sebisa mungkin gue menyiapakan tempat terindah untuk kita nanti..
Gue bakal jadi orang pertama yang nyambut kalian pada saatnya nanti…


Ashilla


- The end -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar