My story

Wellcome to my blog\(>.<)/

Jumat, 14 Juni 2013

Kamu dan Piano Senja



Kamu dan Piano Senja


Ingin kuuraikan untaian senja yang terpatri diatas tahta kenangan hidupku. Aku tak tau darimana aku harus memulainya. Begitu banyak mozaik senja yang terekam dalam benakku. Semua menyatu memancarkan kemilau cahaya yang membias dari kenangan kenangan yang tersimpan didalamnya.

***


Piano Senja, sejak pertama aku melangkahkan kaki di SMA Cakra, semua orang menjuluki piano itu dengan sebutan Piano Senja. Beberapa orang yang kutanyai pun hanya menjawabku dengan "piano itu piano yang dimainkan senja," siapa Senja?

"Piano senja itu ada sejarahnya nay, dulu ada cewe yang suka banget main piano itu, terus suatu hari ada murid baru pindahan gitu, cowo yang juga suka main piano itu, namanya itu Senja nay,"kata Lana saat aku bertanya soal senja.

"Teruus?"

"Cewe itu jatuh cinta sama senja sejak pandangan pertama waktu senja lagi mainin piano itu. Gosipnya sih piano itu yang membuat mereka berdua saling jatuh cinta, ahh romantis banget deh pokoknya! Tapi.."

"Tapi apaa?"Potongku penasaran.

"Tapi senja menghilang, tepat sebulan setelah mereka bertemu, sedih banget.. Cerita itu udah lama banget sih, kayaknya cuma fiksi aja sih nay, emang kenapa?"Tanya Lana balik.

"Gapapa, gue penasaran aja"Lana membulatkan bibirnya. Entah mengapa, setiap bel pulang berbunyi, saat aku berjalan di koridor langkahku selalu berhenti, memasuki ruang musik dan memainkan piano senja. Dan setiap kali aku selesai memainkannya, aku selalu merasakan sesuatu, yang sangat sulit kujelaskan..

***

"Aduuh..kayaknya gue bakal telat nih"gumamku sambil sedikit berlari di koridor.

'Buk!'
Aku tidak sengaja menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah denganku hingga kami berdua terjatuh.

"Aduuh.. Maaf maaf, aku buru buru.. Duluan ya.. "Ucapku sebelum orang itu mengeluarkan sepatah katapun, dan tanpa melihat orang itu sedikitpun. Aku langsung beranjak pergi ke kelasku.

"Nayaa!!"Aku melambaikan tangan pada Lana yang memanggilku.

"Kok elo bisa telat sih?"Tanyanya

"Kesiangan lin, hehehe"kataku sambil menunjukan cengiranku.

"Yaudah, yuk masuk kelas!"Kata Lana.

"Eh bentar.."Aku mengecek bukuku.. 'Buku musikku dimana ya? Mungkin ketinggalan dirumah kali ya?'

"Kenapa Nay?"Tanya Lana.

"Engga papa, bapak belum masuk kan?"

"Tenang aja, aman.."Kata Lana sambil memasuki kelas dan aku mengikutinya dibelakang.

***

Hari itu, rintikan hujan mulai mereda, sekolah mulai sepi,
"Hoaamm"aku sedikit mengucek mataku, sepertinya aku ketiduran, dan ini semua karna tadi malam aku begadang mengerjakan tugas fisikaku. Kutatap piano senja yang ada di depanku. Aku menekan beberapa tuts di nada rendah dan memulai lagu Nocturne yang kumainkan di E minor.

"Sial!"Gumamku sambil menghentikan permainanku. Awal yang baik, tapi berantakan di tengah, sungguh menyebalkan! Aku menghela nafas..

"Hey.."Suara itu membuatku sedikit kaget, aku menoleh dan menatap sosok lelaki berpostur tubuh tegap yang tersenyum didepanku. Senyum itu sedikit menghipnotisku. Aku rasanya tidak asing, seolah merasakan de ja vu, tapi aku tak pernah bertemu dengannya..

"Heey? Apa lo ga papa?"Orang itu mengibas ngibaskan tangannya di depan wajahku dengan wajah bingung.

"Eh iya, ga papa kok..hehe"jawabku sedikit kikuk.

"Oh iya, kenalin, nama gue Ichi"katanya sambil mengulurkan tangan kanannya. jadi namamu Ichi..

"Gue Naya"kataku sambil membalas uluran tanganmu..

"Permainan lo bagus kok, nocturne ya?"Tanyamu

"Jelek tau chi, orang di tengahnya berantakan gitu.."Kataku sambil menghela nafas.

"Emm..Kalo gitu lo mau ga gue ajarin privat? Gratis kok buat nona manis"Senyum menawan itu mengambang diwajahmu.. Timbul warna merah pudar diwajahku karna mendengarmu memanggilku dengan sebutan 'nona manis'

"Boleh!"Kata itu keluar dari mulutku dengan penuh semangat.

"Tapi mulainya besok aja, udah sore gini"katamu.

"Besok, pulang sekolah di ruang musik, awas kalo lo ga dateng,"kataku

"Tenang aja.."Katamu sambil tersenyum kearah yang lain.

"Kenapa?" Kamu menunjuk keluar jendela, aku melihat kearah yang tunjuk tampak pantulan cahaya dari langit sore, senja.

"Ada apa dengan langit sore itu?"

"Gue suka ngeliat langit sore. Langit lebih teduh dan berwarna semburat oranye yang cantik sekali. Akan lebih bagus kalau kita melihatnya sampai matahari mulai tenggelam. Kita akan merasakan perubahan warnanya yang cukup menabjubkan. Menurutku, langit sore itu lebih romantis daripada langit malam."Katamu panjang lebar.

"Tapi dilangit malam ada bintang kan?"Tanyaku.

Kamu mengangguk,
"Tapi bintang kan tidak selalu terlihat, lagipula gue tetap lebih suka langit yang menjadi penghubung antara siang dan malam. Seperti jembatan antara dua pribadi yang berbeda,"jelasmu, aku tersenyum tanpa sadar.

"Gue suka analogi lo tentang langit sore, jadi pengen liat langit sore yang begitu lo kagumin,"

"Pasti sekali liat lo bakal ketagihan deh,"katamu,

Aku tertawa kecil, lalu melirik jam dinding di ruang musik ini,
"udah sore, gue balik duluan ya chi.."

"Mau gue anterin ga?"Tawarmu,

"Naik?"Tanyaku iseng,

"Naik kaki sih.."Katamu sambil menggaruk garuk kepalamu.

Aku kembali tertawa,
 "yaudah, ayo, nanti kemaleman.."

***

Hari ini senyuman terus terpasang di wajahku, dibanding hari hari sebelumnya hari ini aku sangat-amat- menanti bel pulang berbunyi. Setiap beberapa menit sekali aku menolehkan kepalaku melirik jam dinding yang berada di bagian belakang kelasku. Hingga Lana menjadi bingung dengan tingkahku. Aku benar benar menanti les privat denganmu, Ichi..

'Teeet! Teeet! Teeet!' Begitu bel pulang sekolah berbunyi aku langsung menyimpun bukuku dan segera beranjak ke ruang musik.

***

Aku memperlambat langkahku, terdengar dentingan piano yang mengalun dengan indahnya. Fantasie Impromptu, mengalun dengan tempo yang begitu cepat, fantasie impromptu memang salah satu lagu yang kukagumi, permainan chopin memang begitu mengagumkan, walau aku lebih menyukai mozart, tapi Fantasie Impromptu yang mengalun dari lambat hingga cepat dan sangat cepat khas permainan chopin itu sangat indah, menghanyutkan, luar biasa! Perubahan suasana tegang hingga menjadi tenang pun digambarkan dengan luat biasa di permainan chopin itu. Dan akhirnya permainan itu berhenti tepat saat aku berdiri di ambang pintu.

"Keren"aku berdecak kagum.

"Eh, elo nay,"katamu sambil menoleh kearahku.

"Manteb banget chi.."

"Hahaha.. Biasa aja kok nona manis.."

"Itu keren tau, permainan lo itu...gimana ya..em..ajaib"kata 'ajaib' keluar begitu saja dari mulutku.

"Bukan permainan gue, tapi piano ini yang ajaib,"

"Emm.."Aku mengangguk, meski aku tak begitu mengerti apa maksud kamu..

"Yaudah, kita mulai privatnya yok"kamu tersenyum.

***

Kamu memang sangat jago dalam memainkan piano ya Ichi dan juga sangaat sabar..walau cukup sulit melatihku bermain piano dengan lancar, tapi kamu tetap sabar dan terus mengajariku. Waktu mulai beranjak sore, aku dan kamu pulang bersama.

"Nay, sini deh"kamu menarik tanganku,

"Ada ap..?"Tanyaku terputus.

Kita berdiri menghadap sang surya yang bulat penuh laksana kuning telur. Matahari menebarkan siluet jingga pada semua benda yang tersentuh oleh cahayanya. Pemandangan yang terhampar dibawah kaki kita adalah kepadatan lalu lintas jakarta yang sesak. Rasanya cepat sekali matahari tergelincir jatuh dan hilang dibalik gedung gedung pencakar langit. Saat itulah pertama kalinya mataku terbelak oleh keindahan senja.

"Gimana?"Tanyamu,

"Wow.."Gumamku tanpa mengalihkan sedikitpun pandanganku,

"Lo suka?"Aku menatapmu, lalu mengangguk pasti.

"Kalo lo suka, gimana kalo tiap hari gue ajak lo ngeliat senja di tempat tempat yang keren?"Tanyamu.

"Mauu!!"Jawabku penuh semangat.

Dan itulah awal, awal dimana aku mulai sangat mengagumi senja, seperti kamu. Setiap pulang sekolah kamu melatihku memainkan piano senja, lalu kita pergi menyaksikan senja di tempat tempat yang berbeda, dan hari ini di puncak salah satu gedung tua yang tidak begitu jauh dari sekolah, 

"Lo tunggu dulu disini bentar ya Nay, gue beli minum dulu"katamu sambil beranjak.

"Yaa.."Aku tersenyum menatap punggungmu yang mulai menjauh, setiap langkahmu, setiap senyummu, setiap kata yang mengalir dari mulutmu, selalu ada getaran di hatiku. Kamu, kamu seperti seseorang yang tak nyata dalam hidupku, apa mungkin aku bermimpi? Aku menampar pelan diriku, aku benar benar merasa sedang bermimpi bertemu dengan kamu..

"Kenapa nona manis?"Aku menoleh, menatap kamu yang kini sedang duduk disebelaku sambil mengulurkan sebotol aqua yang baru kamu beli.

"Gapapa chi..eh, kita foto bareng yok!"Kataku memasang muka memelas sambil mengeluarkan handphoneku.

"Yaudah deh kalo elo maksa mau foto bareng artis"katamu sambil menaik turunkan alis.

"Artis? Mimpi lo chi! Hahaha"

"Enak aja, yowes jadi gak nih foto bareng gue?"Aku mengangguk. Dan mulai mengambil foto, setelah sekitar lima foto diambil kami berhenti dan menatap keindahan senja dari tempat ini. Sambil menatap senja dari ujung mataku kulirik dirimu, lekukan lekukan diwajahmu, senyummu saat menatap senja, matamu yang dengan mudah mampu membuatku meluluh, aku sangat...menyukaimu..

***

Pagi ini, aku datang sedikit lebih awal dibanding biasanya, berjalan menelusuri koridor sekolah, hingga aku melihat sesosok pria yang telah berhasil menarik perhatianku beberapa hari ini, kamu, Ichi.. Kamu berjalan sambil membawa tas, sepertinya menuju ke kelasmu, benar saja hingga kini aku masih belum tau Ichi kelas berapa, hal itu tak pernah terpikirkan saat berada bersamamu. Apa mungkin aku harus mengikutimu? Tanpa berfikir panjang langkah kakiku mulai megikutimu, hingga kamu masuk dalam satu ruang kelas. Aku terhenti sambil berusaha mengingat kelas berapa itu, karna papan nama kelas di ruangan itu tidak ada. Tak lama aku melihat seseorang keluar dari kelas itu.

"Naya!"Panggilnya. Dia! Hyogo! Orang yang kutabrak saat hari pertamaku disekolah. Sebenarnya itu adalah awal yang buruk untuk hari pertama disekolah, aku datang terlambat plus menabrak Hyogo.

"eh, Hyogo!"Dia berjalan kearahku,

"Lo ngapain nay?"

"Emm, lo di kelas itu?"Tanyaku, Hyogo mengangguk.

"Lo kelas berapa? Abis kelas lo ga ada papan nama kelasnya sih,"

"XI IPA 4 nay, kenapa?"

"Engga papa, yaudah gue duluan ya.. Thanks!"

***

Senyum terukir diwajahku, aku menatap foto foto yang kita ambil. Setiap melihat foto itu aku selalu tersenyum, senyum itu benar benar tidak tertahankan.

"Ciiee yang senyum senyum mulu"goda Lana, dengan cepat aku menutup handphoneku. Dan wajahku memerah.

"Apaan sih Lan,"

"Ciiehh yang tadi pergi ke ke depan kelas gebetan.."

"Eh? Tau dari mana lo Lan? ups!!"Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku.

"Ciee Naya udah besaar, cocok kok sama yang di IPA 4"Lana mengedipkan sebelah matanya. Sepertinya wajahku kini sudah seperti tomat, yaampun!

"Itu cowo yang lo tabrak waktu itu kan?"Tanya Lana. Aku mengangguk sambil menundukan wajah, lalu Lina kembali mencieciekanku, ah! malunyaaa!!

***

Pagi ini aku tidak menemukanmu, aku duduk didekat kelasmu, tapi kamu tidak kunjung datang. Bahkan beberapa kali saat jam pelajaran aku izin ketoilet dan melewati kelasmu, tapi kamu juga tidak terlihat.. Aku memutar mutar sedotan es jerukku sambil menerka nerka kemanakah kamu Ichi?

"Kenapa lo Nay?"Aku mengangkat kedua bahuku tanpa menjawab.

"Ah gue tau nih, pasti gara gara gebetan lo itu ga datang kan? Iya kan?"Dengan cepat aku menolehkan kepalaku,

"Lo tau darimana Lan?"

"Taulah, kan tadi gue dikasih tau Shu kalo dikelasnya gebetan lo itu lagi sakit jadi Shu mau jengukin sore nanti,"

"Dirumah sakit?"

"Iya, harapan bunda"

"Ohh iyaiya"

"Kenapa? Lo mau pergi kesana yaaa? Cieee nayaa udah gede"

"Mau tauu aja! Gue duluan!!"Kataku sambil berdiri dan segera pergi meninggalkan Lana yang mengomel dikantin.

***

Sepulang sekolah aku langsung pergi ke rumah sakit Harapan Bunda. Mungkin aku datang diwaktu yang sedikit kurang tepat, aku datang saat jam makan siang, dan para suster sedang tidak ada ditempat tentunya, sehingga aku memutuskan untuk mencari ruangan tersebut sendiri. Tidak ada satu orangpun yang melewati lorong rumah sakit tersebut, memang cukup aneh, tak ada sedikitpun suara saat itu. Mataku tertuju pada satu ruangan yang tidak berpapan nama, berbeda dengan ruangan ruangan lain. Aku berjalan dengan tanpa suara, sunyi, saat aku membuka pintu terdengar decitan pelan. Dan aku melihat sosokmu yang sedang berbaring dengan wajah yang agak pucat. Perlahan aku berjalan mendekat, sambil menatap tubuhmu yang tergulai di atas ranjang, matamu yang terpejam tenang, bibirmu yang berwarna pink pucat,

"Arrgghh..Nay..a...?"perlahan kedua kelopak matamu terbuka dan kedua bola mata yang berwarna kecoklatan itu tertuju padaku. Setelah sekian lama kita saling diam, kamu mengeluarkan suara

"Lo tau dari mana gue disini Nay?"

"Gue denger dari Lina, chi,"

"Oohh.."Pandanganku tertuju pada semangkuk bubur yang berada di meja disamping ranjangmu yang sepetirnya belum disentuh sama sekali.

"Kok buburnya ga lo makan yo?"Ichi langsung menggaruk kepala dengan tangan kananya,

"Habis ga enak sih buburnya Nay, hehehe"aku langsung mengambil buburnya.

"Lo makan gih"kataku sambil menyodorkan mangkuk berisi bubur itu, Ichi langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya lalu menggeleng.

"iih Ichi jangan kayak anak kecil deh, udah gede gini juga"

"Ga ga ga" katamu sambil menutup mulutmu dengan kedua telapak tanganmu.

"Yaudah kalo elo gamau makan gue pulang deh"kataku sambil berbalik.

"Iya deh gue makan, tapi lo suapin yaa Nay.."Senyum mengambang diwajahku, lalu ku suapkan bubur itu kemulutmu.

"Gaenak"gumammu setelah menelan suapan pertama.

"Kalo mau enak cepet sembuh dong"kataku sambil melanjutkan menyuapimu.

"Iyaiyaaa"jawabmu.

"Janji? Aku kangen banget ngeliat senja bareng elo"

"iya, aku janji kok bakal kembali, dan kita bakal ngeliat senja bareng lagi.."Ucapmu sambil memberikan seulas senyum padaku.

Ichi..berada dekat denganmu seperti ini, memberiku rasa yang berbeda, entah apa ini hanya kurasakan jika bersamamu? Jika iya, perasaan apa ini?

***

 Setelah kamu selesai makan dan minum obat aku izin pulang dan membiarkanmu beristirahat, aku berjalan, suster, dokter, pengunjung dan pasien rumah sakit ini berjalan mendahului dan melewatiku di koridor rumah sakit,

"Naya!"Aku menoleh dan dan menatap pria yang berdiri sambil tersenyum kearahku, Hyogo.

"Eh elo go, kok elo ada disini?"

"Engga papa, cuma ngecek keadaan aja, elo sendiri"

"Ngejengukin temen, eh.."kataku yang kemudian terpeleset, tapi dengan sigap Hyogo menangkapku. Sekian detik kami terdiam dalam posisi kami, aku menatap kedua bola matanya yang juga sedang menatapku.

"Ups sori!"Kata Hyogo sambil mengalihkan pandangannya.

"Emm..gue duluan ya Nay"kata Hyogo sambil beranjak.

"Iya"kataku sambil menatap punggungnya yang menjauh..

Detik itu juga, aku sadar, perasaan itu tidak kurasakan. Tidak kurasakan bersama Hyogo, hanya kurasakan denganmu, Ichi..

***

Pikiranku pagi ini terus tertuju padamu, ingin rasanya aku bolos sekolah dan menemanimu dirumah sakit, tapi rasanya itu ga mungkin..

"Wooii Nay, elo kenapa ngelamun aja?"Aku menoleh pada Lana,

"Gapapa"

"Kemaren elo ke rumah sakit ya, ngejengukin si XI IPA4"goda Lana Mendengar godaannya membuat semburat merah muncul di wajahku.

"Ciee yang makin deket sama Hyogo"Lanjut Lana yang membuatku bingung.

"Kok Hyogo?"Tanyaku

"Iyakan?"

"Bukan Laan!"

"Kalo bukan dia siapa lagi?"kata lana yang tampak heran

"Ichi"

"Hah? Ichi? Kok gue baru denger ya?"Tanya Lana yannbg membuatku sedikit heran, biasanya Lana ini kan serba tau, siapa aja dia kenal, tukang parkir aja dia bisa kenal masa Ichi dia ga kenal?

"Anak IPA 4 juga kok"kataku

"Masa?"Ucap Lana yang lalu segera mengambil ponselnya, sepertinya ia mengirim pesan pada Shu menanyakan soal Ichi.

"Iyaaa, yang pas gue kesana itu kan juga ngikutin Ichii"

"Yakin Nay?"Ucap Lana, raut wajahnya berubah seketika.

"Ya yakinlaah, emangnya kenapa sih?"

"Kata Shu, dikelasnya ga ada yang namanya Ichi.."Ucap Lana yang menatapku serius.

"Hahahah... jangan bohong deh, gue tau kok elo lagi bohong"Ucapku sambil tertawa

"Gue serius Nay! Kalo lo ga percaya, ayo kita kesana sekarang"aku hanya menanggapinya dengan anggukan lalu pergi ke kelas IPA 4 dan menemui Shu.

***

Begitu sampai di kelas Shu, Shu langsung memberikan buku absen kelas mereka yang berisi nama-nama siswa kelas IPA 4. Aku menatapnya bingung, menerimanya lalu membukanya dan mencari nama Ichi disana.

"Gimana nay?"Tanya Lana

Aku terdiam.

Nama Ichi ga ada...?

"Tapi.. Gue yakin kok, dia waktu itu pernah Tapi.. Gue yakin kok, dia waktu itu pernah liat dia masuk sini, dan gue juga ngejengukin dia kemaren di Rumah sakit."Jelasku

"Kalo gitu ayo kita kerumah sakit pulang sekolah nanti"Ucap Lana, dan aku hanya menyetujuinya karna aku yakin, Ichi ada disana..

***

Setelah pulang, kamipun segera pergi ke rumah sakit.

"Misi sus, pasien bernama Ichi ada diruangan mana ya?"Tanya Lana,

"Sebentar saya cek dulu"kata suster itu,

"Buat apa sih Lin nanya lagi, gue tau kok ruangannya"keluhku,

"Udah elu diem aja, gimana sus?"

"Maaf, di data kami tidak ada pasien bernama Ichi"

"Coba di cek ulang deh sus, kemaren saya kesini kok ngejenguk dia,"kataku, aneh? Kenapa ga ada?

"Tenang Nay,"

"Aneh banget deh, masa di rumah sakit sebesar ini bisa bikin kesalahan, salah nuliskan nama pasien?ck!"Potongku,

"Atau memang Ichi itu ga ada disini"Kata lana sambil menatapku

"Gamungkin Lan! Kemaren gue kesini kok dan gue ketemu sama dia disana" kataku sambil menunjuk lorong yangkemarin kulewati saat menjenguk Ichi.

"Yaudah ayo kita kesana sekarang"Aku segera mengangguk dan melangkahkan kakiku melewati lorong itu. Langkah kami terhenti saat sampai di depan ruangan itu.
Perlahan aku membuka pintu itu, dan kutarik nafas panjang.

"Nay... "

Aku terdiam. Seketika mataku berkaca kaca. Dimana kamu Ichi?

"Mungkin Ichi sudah pulang, atau mungkin aja..."

"atau dia ga pernah ada disini?"potongku. Lana terdiam.

"sus, pasien di ruangan ini kemana ya sus?"tanya Lina pada seorang suster yang lewat.

"Seingat saya, ruangan ini belum digunakan lagi sejak satu tahun yang lalu, mungkin kalian salah kamar"jawab suster itu.

"GA MUNGKIN! Pasti ada kesalahan! Kemaren gue kesini, gue ketemu sama Ichi.... Atau kalian semua ngerjain aku? Hahaha.. congrat ya, kalian udah berhasil ngerjain aku.."Ucapku

"Tapi Nay, kami ga ngerjain elo.."Ucap Lana

"Hahaha...Ternyata lo jago banget aktingnya Lan, ga nyangka gue..."

"Gue ga akting nay! Sadar nay! Ichi itu ga ada! Dia itu ga pernah ada! Mungkin dia itu cuma halusinasi lo aja..."Kata Lana sambil menggungcang guncangku.

Air mataku mengalir. Apa yang Lana katakan itu benar? Apa benar kamu itu ga pernah ada? Apa kamu itu memang cuma halusinasiku aja? Lalu apa yang selama ini kita lalui? Senyummu? Tawamu? Candamu? Permainan pianomu? Ichi? Aku butuh jawaban kamu...

"Nay, mungkin kamu butuh istirahat.. biar gue anterin lo pulang"ucap Lana sambil menggandengku dan mengantarkanku pulang.

"Udah Nay, lo lupain aja Ichi"Itulah kalimat terakhir yang Lina ucapkan sebelum ia berpamit pulang. Aku hanya bisa diam. Apa aku bisa melupakannya? Melupakan semuanya?

Aku menatap foto-foto yang pernah kita ambil bersama, di dalam foto itu kamu seolah menghilang. Hanya ada aku disana, tak ada kamu...  apa kamu benar-benar tak pernah ada?

***

Aku rindu, rindu saat raga ini masih senantiasa dapat berdampingan di sampingnya.  Di tempat ini kutemui senja seorang diri. Matahari tetap bulat kuning berkilauan di balik pepohonan. Namun sinarnya tak mampu menembus selubung hitan dalam hatiku. Kamu pergi, menghilang.. Kamu bohong! Katamu kamu akan kembali dan kita akan bersama sama lagi menikmati senja. Aku telah mempersiapkan sebuah senja di taman merah jambu dihatiku. Aku telah melatih lidah ini untuk mengucapkan kata yang selama ini tertahan diujungnya. "Aku mencintaimu.." Tapi kini semuanya tidak bermakna lagi ketika kamu menghilang, seperti tidak pernah muncul di dunia..Ichi.. 

***

Aku menekan tuts tuts itu, semakin cepat, semakin cepat. Kupejamkan kedua kelopak mataku, hanya mendengar alunan Fantasie impromptu yang kumainkan. Aku mengingat saat kita bersama chi, saat kamu pertama menyapaku, les privat piano, dan setiap senja yang kita lalui bersama, semuanya begitu indah, tetesan air mata mulai mengalir, semakin lama aku memainkan piano senja, kamu semakin melekat di pikiranku. Jari jemariku terus bergerak, tapi lama kelamaan jariku mulai tidak merasakan tuts tuts piano senja lagi. Aku seperti berpindah ke dimensi yang berbeda.. Semuanya hilang.. Lenyap.. Kamu dan piano senja..

"Hey?"Aku membuka kedua mataku sambil menguap, aku berada di ruang musik? Aku tertidur?

"Lo..Naya?"Refleks aku mengangguk. Lalu aku mengalihkan pandanganku pada orang yang berbicara padaku. Tepat saat itu aku menatap kedua bola mata yang begitu indah, yang begitu kurindukan..

"I..chi?"Gumamku pelan, terlalu pelan hingga mungkin kamu tak mendengarnya, kamu berdiri didepanku, sambil memegang sebuah buku, buku musik milikku.

"Buku ini tadi pagi jato pas kita bertabrakan,"kamu mengulurkan buku itu padaku, aku mengambilnya. Ku perhatikan buku itu.. Buku itu buku yang kuhilangkan, dihari aku bertemu dengan Ichi, dan aku memang bertabrakan dengan seseorang, apa mungkin itu mimpi? Tapi mengapa begitu nyata? Apa ini keajaiban piano senja?

"Oh iya, kenalin aku Ichi"kamu mengulurkan tanganmu, aku diam sejenak memandangi tanganmu, perlahan tanganku bergerak dan menyambut tanganmu.

"Aku Naya.."Kamu tersenyum, lalu menatap pantulan cayaha yang menerobos melalui jendela, aku pun ikut menatap cahaya dari langit sore itu..

"Senja.."Gumamku,

"Lo suka senja?"Tanyamu sambil menatapku.

"Ya..gue suka,"jawabku sambil menatap keluar jendela.

"Gue juga.."Kamu tersenyum.

Aku menyentuh piano senja sambil mengelusnya pelan, piano senja telah mempertemukanku denganmu, dan kini telah memberikan keajaibannya, membawaku untuk memulai segalanya denganmu, tepat dititik awal..
Antara aku, kamu dan piano senja..

“The End”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar