Kamu dan Piano Senja
Ingin kuuraikan untaian senja yang terpatri
diatas tahta kenangan hidupku. Aku tak tau darimana aku harus memulainya.
Begitu banyak mozaik senja yang terekam dalam benakku. Semua menyatu
memancarkan kemilau cahaya yang membias dari kenangan kenangan yang tersimpan
didalamnya.
***
Piano Senja,
sejak pertama aku melangkahkan kaki di SMA Cakra, semua orang menjuluki piano
itu dengan sebutan Piano Senja. Beberapa orang yang kutanyai pun hanya
menjawabku dengan "piano itu piano yang dimainkan senja," siapa
Senja?
"Piano
senja itu ada sejarahnya nay, dulu ada cewe yang suka banget main piano itu,
terus suatu hari ada murid baru pindahan gitu, cowo yang juga suka main piano
itu, namanya itu Senja nay,"kata Lana saat aku bertanya soal senja.
"Teruus?"
"Cewe
itu jatuh cinta sama senja sejak pandangan pertama waktu senja lagi mainin
piano itu. Gosipnya sih piano itu yang membuat mereka berdua saling jatuh
cinta, ahh romantis banget deh pokoknya! Tapi.."
"Tapi
apaa?"Potongku penasaran.
"Tapi
senja menghilang, tepat sebulan setelah mereka bertemu, sedih banget.. Cerita
itu udah lama banget sih, kayaknya cuma fiksi aja sih nay, emang
kenapa?"Tanya Lana balik.
"Gapapa,
gue penasaran aja"Lana membulatkan bibirnya. Entah mengapa, setiap bel
pulang berbunyi, saat aku berjalan di koridor langkahku selalu berhenti,
memasuki ruang musik dan memainkan piano senja. Dan setiap kali aku selesai
memainkannya, aku selalu merasakan sesuatu, yang sangat sulit kujelaskan..
***
"Aduuh..kayaknya
gue bakal telat nih"gumamku sambil sedikit berlari di koridor.
'Buk!'
Aku tidak
sengaja menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah denganku hingga kami
berdua terjatuh.
"Aduuh..
Maaf maaf, aku buru buru.. Duluan ya.. "Ucapku sebelum orang itu
mengeluarkan sepatah katapun, dan tanpa melihat orang itu sedikitpun. Aku
langsung beranjak pergi ke kelasku.
"Nayaa!!"Aku
melambaikan tangan pada Lana yang memanggilku.
"Kok
elo bisa telat sih?"Tanyanya
"Kesiangan
lin, hehehe"kataku sambil menunjukan cengiranku.
"Yaudah,
yuk masuk kelas!"Kata Lana.
"Eh
bentar.."Aku mengecek bukuku.. 'Buku musikku dimana ya? Mungkin
ketinggalan dirumah kali ya?'
"Kenapa
Nay?"Tanya Lana.
"Engga
papa, bapak belum masuk kan?"
"Tenang
aja, aman.."Kata Lana sambil memasuki kelas dan aku mengikutinya
dibelakang.
***
Hari itu,
rintikan hujan mulai mereda, sekolah mulai sepi,
"Hoaamm"aku
sedikit mengucek mataku, sepertinya aku ketiduran, dan ini semua karna tadi
malam aku begadang mengerjakan tugas fisikaku. Kutatap piano senja yang ada di
depanku. Aku menekan beberapa tuts di nada rendah dan memulai lagu Nocturne
yang kumainkan di E minor.
"Sial!"Gumamku
sambil menghentikan permainanku. Awal yang baik, tapi berantakan di tengah,
sungguh menyebalkan! Aku menghela nafas..
"Hey.."Suara
itu membuatku sedikit kaget, aku menoleh dan menatap sosok lelaki berpostur
tubuh tegap yang tersenyum didepanku. Senyum itu sedikit menghipnotisku. Aku
rasanya tidak asing, seolah merasakan de ja vu, tapi aku tak pernah bertemu
dengannya..
"Heey?
Apa lo ga papa?"Orang itu mengibas ngibaskan tangannya di depan wajahku
dengan wajah bingung.
"Eh
iya, ga papa kok..hehe"jawabku sedikit kikuk.
"Oh
iya, kenalin, nama gue Ichi"katanya sambil mengulurkan tangan kanannya.
jadi namamu Ichi..
"Gue
Naya"kataku sambil membalas uluran tanganmu..
"Permainan
lo bagus kok, nocturne ya?"Tanyamu
"Jelek
tau chi, orang di tengahnya berantakan gitu.."Kataku sambil menghela
nafas.
"Emm..Kalo
gitu lo mau ga gue ajarin privat? Gratis kok buat nona manis"Senyum
menawan itu mengambang diwajahmu.. Timbul warna merah pudar diwajahku karna
mendengarmu memanggilku dengan sebutan 'nona
manis'
"Boleh!"Kata
itu keluar dari mulutku dengan penuh semangat.
"Tapi
mulainya besok aja, udah sore gini"katamu.
"Besok,
pulang sekolah di ruang musik, awas kalo lo ga dateng,"kataku
"Tenang
aja.."Katamu sambil tersenyum kearah yang lain.
"Kenapa?"
Kamu menunjuk keluar jendela, aku melihat kearah yang tunjuk tampak pantulan
cahaya dari langit sore, senja.
"Ada
apa dengan langit sore itu?"
"Gue
suka ngeliat langit sore. Langit lebih teduh dan berwarna semburat oranye yang
cantik sekali. Akan lebih bagus kalau kita melihatnya sampai matahari mulai
tenggelam. Kita akan merasakan perubahan warnanya yang cukup menabjubkan.
Menurutku, langit sore itu lebih romantis daripada langit malam."Katamu
panjang lebar.
"Tapi
dilangit malam ada bintang kan?"Tanyaku.
Kamu
mengangguk,
"Tapi
bintang kan tidak selalu terlihat, lagipula gue tetap lebih suka langit yang
menjadi penghubung antara siang dan malam. Seperti jembatan antara dua pribadi
yang berbeda,"jelasmu, aku tersenyum tanpa sadar.
"Gue
suka analogi lo tentang langit sore, jadi pengen liat langit sore yang begitu
lo kagumin,"
"Pasti
sekali liat lo bakal ketagihan deh,"katamu,
Aku tertawa
kecil, lalu melirik jam dinding di ruang musik ini,
"udah
sore, gue balik duluan ya chi.."
"Mau
gue anterin ga?"Tawarmu,
"Naik?"Tanyaku
iseng,
"Naik
kaki sih.."Katamu sambil menggaruk garuk kepalamu.
Aku kembali
tertawa,
"yaudah, ayo, nanti kemaleman.."
***
Hari ini
senyuman terus terpasang di wajahku, dibanding hari hari sebelumnya hari ini
aku sangat-amat- menanti bel pulang berbunyi. Setiap beberapa menit sekali aku
menolehkan kepalaku melirik jam dinding yang berada di bagian belakang kelasku.
Hingga Lana menjadi bingung dengan tingkahku. Aku benar benar menanti les
privat denganmu, Ichi..
'Teeet! Teeet! Teeet!' Begitu bel pulang
sekolah berbunyi aku langsung menyimpun bukuku dan segera beranjak ke ruang
musik.
***
Aku
memperlambat langkahku, terdengar dentingan piano yang mengalun dengan
indahnya. Fantasie Impromptu, mengalun dengan tempo yang begitu cepat, fantasie
impromptu memang salah satu lagu yang kukagumi, permainan chopin memang begitu
mengagumkan, walau aku lebih menyukai mozart, tapi Fantasie Impromptu yang mengalun dari lambat hingga cepat dan
sangat cepat khas permainan chopin itu sangat indah, menghanyutkan, luar biasa!
Perubahan suasana tegang hingga menjadi tenang pun digambarkan dengan luat
biasa di permainan chopin itu. Dan akhirnya permainan itu berhenti tepat saat
aku berdiri di ambang pintu.
"Keren"aku
berdecak kagum.
"Eh,
elo nay,"katamu sambil menoleh kearahku.
"Manteb
banget chi.."
"Hahaha..
Biasa aja kok nona manis.."
"Itu
keren tau, permainan lo itu...gimana ya..em..ajaib"kata 'ajaib' keluar begitu saja dari mulutku.
"Bukan
permainan gue, tapi piano ini yang ajaib,"
"Emm.."Aku
mengangguk, meski aku tak begitu mengerti apa maksud kamu..
"Yaudah,
kita mulai privatnya yok"kamu tersenyum.
***
Kamu memang
sangat jago dalam memainkan piano ya Ichi dan juga sangaat sabar..walau cukup
sulit melatihku bermain piano dengan lancar, tapi kamu tetap sabar dan terus
mengajariku. Waktu mulai beranjak sore, aku dan kamu pulang bersama.
"Nay,
sini deh"kamu menarik tanganku,
"Ada
ap..?"Tanyaku terputus.
Kita berdiri
menghadap sang surya yang bulat penuh laksana kuning telur. Matahari menebarkan
siluet jingga pada semua benda yang tersentuh oleh cahayanya. Pemandangan yang
terhampar dibawah kaki kita adalah kepadatan lalu lintas jakarta yang sesak.
Rasanya cepat sekali matahari tergelincir jatuh dan hilang dibalik gedung
gedung pencakar langit. Saat itulah pertama kalinya mataku terbelak oleh
keindahan senja.
"Gimana?"Tanyamu,
"Wow.."Gumamku
tanpa mengalihkan sedikitpun pandanganku,
"Lo
suka?"Aku menatapmu, lalu mengangguk pasti.
"Kalo
lo suka, gimana kalo tiap hari gue ajak lo ngeliat senja di tempat tempat yang
keren?"Tanyamu.
"Mauu!!"Jawabku
penuh semangat.
Dan itulah
awal, awal dimana aku mulai sangat mengagumi senja, seperti kamu. Setiap pulang
sekolah kamu melatihku memainkan piano senja, lalu kita pergi menyaksikan senja
di tempat tempat yang berbeda, dan hari ini di puncak salah satu gedung tua
yang tidak begitu jauh dari sekolah,
"Lo
tunggu dulu disini bentar ya Nay, gue beli minum dulu"katamu sambil
beranjak.
"Yaa.."Aku
tersenyum menatap punggungmu yang mulai menjauh, setiap langkahmu, setiap
senyummu, setiap kata yang mengalir dari mulutmu, selalu ada getaran di hatiku.
Kamu, kamu seperti seseorang yang tak nyata dalam hidupku, apa mungkin aku
bermimpi? Aku menampar pelan diriku, aku benar benar merasa sedang bermimpi
bertemu dengan kamu..
"Kenapa
nona manis?"Aku menoleh, menatap kamu yang kini sedang duduk disebelaku
sambil mengulurkan sebotol aqua yang baru kamu beli.
"Gapapa
chi..eh, kita foto bareng yok!"Kataku memasang muka memelas sambil
mengeluarkan handphoneku.
"Yaudah
deh kalo elo maksa mau foto bareng artis"katamu sambil menaik turunkan
alis.
"Artis?
Mimpi lo chi! Hahaha"
"Enak
aja, yowes jadi gak nih foto bareng gue?"Aku mengangguk. Dan mulai
mengambil foto, setelah sekitar lima foto diambil kami berhenti dan menatap
keindahan senja dari tempat ini. Sambil menatap senja dari ujung mataku kulirik
dirimu, lekukan lekukan diwajahmu, senyummu saat menatap senja, matamu yang
dengan mudah mampu membuatku meluluh, aku sangat...menyukaimu..
***
Pagi ini,
aku datang sedikit lebih awal dibanding biasanya, berjalan menelusuri koridor
sekolah, hingga aku melihat sesosok pria yang telah berhasil menarik perhatianku
beberapa hari ini, kamu, Ichi.. Kamu berjalan sambil membawa tas, sepertinya
menuju ke kelasmu, benar saja hingga kini aku masih belum tau Ichi kelas
berapa, hal itu tak pernah terpikirkan saat berada bersamamu. Apa mungkin aku
harus mengikutimu? Tanpa berfikir panjang langkah kakiku mulai megikutimu,
hingga kamu masuk dalam satu ruang kelas. Aku terhenti sambil berusaha
mengingat kelas berapa itu, karna papan nama kelas di ruangan itu tidak ada.
Tak lama aku melihat seseorang keluar dari kelas itu.
"Naya!"Panggilnya.
Dia! Hyogo! Orang yang kutabrak saat hari pertamaku disekolah. Sebenarnya itu
adalah awal yang buruk untuk hari pertama disekolah, aku datang terlambat plus
menabrak Hyogo.
"eh,
Hyogo!"Dia berjalan kearahku,
"Lo
ngapain nay?"
"Emm,
lo di kelas itu?"Tanyaku, Hyogo mengangguk.
"Lo
kelas berapa? Abis kelas lo ga ada papan nama kelasnya sih,"
"XI IPA
4 nay, kenapa?"
"Engga
papa, yaudah gue duluan ya.. Thanks!"
***
Senyum
terukir diwajahku, aku menatap foto foto yang kita ambil. Setiap melihat foto
itu aku selalu tersenyum, senyum itu benar benar tidak tertahankan.
"Ciiee yang
senyum senyum mulu"goda Lana, dengan cepat aku menutup handphoneku. Dan
wajahku memerah.
"Apaan
sih Lan,"
"Ciiehh
yang tadi pergi ke ke depan kelas gebetan.."
"Eh?
Tau dari mana lo Lan? ups!!"Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku.
"Ciee
Naya udah besaar, cocok kok sama yang di IPA 4"Lana mengedipkan sebelah
matanya. Sepertinya wajahku kini sudah seperti tomat, yaampun!
"Itu
cowo yang lo tabrak waktu itu kan?"Tanya Lana. Aku mengangguk sambil
menundukan wajah, lalu Lina kembali mencieciekanku, ah! malunyaaa!!
***
Pagi ini aku
tidak menemukanmu, aku duduk didekat kelasmu, tapi kamu tidak kunjung datang.
Bahkan beberapa kali saat jam pelajaran aku izin ketoilet dan melewati kelasmu,
tapi kamu juga tidak terlihat.. Aku memutar mutar sedotan es jerukku sambil menerka
nerka kemanakah kamu Ichi?
"Kenapa
lo Nay?"Aku mengangkat kedua bahuku tanpa menjawab.
"Ah gue
tau nih, pasti gara gara gebetan lo itu ga datang kan? Iya kan?"Dengan
cepat aku menolehkan kepalaku,
"Lo tau
darimana Lan?"
"Taulah,
kan tadi gue dikasih tau Shu kalo dikelasnya gebetan lo itu lagi sakit jadi Shu
mau jengukin sore nanti,"
"Dirumah
sakit?"
"Iya,
harapan bunda"
"Ohh
iyaiya"
"Kenapa?
Lo mau pergi kesana yaaa? Cieee nayaa udah gede"
"Mau
tauu aja! Gue duluan!!"Kataku sambil berdiri dan segera pergi meninggalkan
Lana yang mengomel dikantin.
***
Sepulang
sekolah aku langsung pergi ke rumah sakit Harapan Bunda. Mungkin aku datang
diwaktu yang sedikit kurang tepat, aku datang saat jam makan siang, dan para
suster sedang tidak ada ditempat tentunya, sehingga aku memutuskan untuk
mencari ruangan tersebut sendiri. Tidak ada satu orangpun yang melewati lorong
rumah sakit tersebut, memang cukup aneh, tak ada sedikitpun suara saat itu.
Mataku tertuju pada satu ruangan yang tidak berpapan nama, berbeda dengan
ruangan ruangan lain. Aku berjalan dengan tanpa suara, sunyi, saat aku membuka
pintu terdengar decitan pelan. Dan aku melihat sosokmu yang sedang berbaring
dengan wajah yang agak pucat. Perlahan aku berjalan mendekat, sambil menatap
tubuhmu yang tergulai di atas ranjang, matamu yang terpejam tenang, bibirmu
yang berwarna pink pucat,
"Arrgghh..Nay..a...?"perlahan
kedua kelopak matamu terbuka dan kedua bola mata yang berwarna kecoklatan itu
tertuju padaku. Setelah sekian lama kita saling diam, kamu mengeluarkan suara
"Lo tau
dari mana gue disini Nay?"
"Gue
denger dari Lina, chi,"
"Oohh.."Pandanganku
tertuju pada semangkuk bubur yang berada di meja disamping ranjangmu yang
sepetirnya belum disentuh sama sekali.
"Kok
buburnya ga lo makan yo?"Ichi langsung menggaruk kepala dengan tangan
kananya,
"Habis
ga enak sih buburnya Nay, hehehe"aku langsung mengambil buburnya.
"Lo
makan gih"kataku sambil menyodorkan mangkuk berisi bubur itu, Ichi
langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya lalu menggeleng.
"iih
Ichi jangan kayak anak kecil deh, udah gede gini juga"
"Ga ga
ga" katamu sambil menutup mulutmu dengan kedua telapak tanganmu.
"Yaudah
kalo elo gamau makan gue pulang deh"kataku sambil berbalik.
"Iya
deh gue makan, tapi lo suapin yaa Nay.."Senyum mengambang diwajahku, lalu
ku suapkan bubur itu kemulutmu.
"Gaenak"gumammu
setelah menelan suapan pertama.
"Kalo
mau enak cepet sembuh dong"kataku sambil melanjutkan menyuapimu.
"Iyaiyaaa"jawabmu.
"Janji?
Aku kangen banget ngeliat senja bareng elo"
"iya,
aku janji kok bakal kembali, dan kita bakal ngeliat senja bareng lagi.."Ucapmu
sambil memberikan seulas senyum padaku.
Ichi..berada
dekat denganmu seperti ini, memberiku rasa yang berbeda, entah apa ini hanya
kurasakan jika bersamamu? Jika iya, perasaan apa ini?
***
Setelah kamu selesai makan dan minum obat aku
izin pulang dan membiarkanmu beristirahat, aku berjalan, suster, dokter,
pengunjung dan pasien rumah sakit ini berjalan mendahului dan melewatiku di
koridor rumah sakit,
"Naya!"Aku
menoleh dan dan menatap pria yang berdiri sambil tersenyum kearahku, Hyogo.
"Eh elo
go, kok elo ada disini?"
"Engga
papa, cuma ngecek keadaan aja, elo sendiri"
"Ngejengukin
temen, eh.."kataku yang kemudian terpeleset, tapi dengan sigap Hyogo
menangkapku. Sekian detik kami terdiam dalam posisi kami, aku menatap kedua
bola matanya yang juga sedang menatapku.
"Ups sori!"Kata
Hyogo sambil mengalihkan pandangannya.
"Emm..gue
duluan ya Nay"kata Hyogo sambil beranjak.
"Iya"kataku
sambil menatap punggungnya yang menjauh..
Detik itu
juga, aku sadar, perasaan itu tidak kurasakan. Tidak kurasakan bersama Hyogo,
hanya kurasakan denganmu, Ichi..
***
Pikiranku
pagi ini terus tertuju padamu, ingin rasanya aku bolos sekolah dan menemanimu
dirumah sakit, tapi rasanya itu ga mungkin..
"Wooii
Nay, elo kenapa ngelamun aja?"Aku menoleh pada Lana,
"Gapapa"
"Kemaren
elo ke rumah sakit ya, ngejengukin si XI IPA4"goda Lana Mendengar
godaannya membuat semburat merah muncul di wajahku.
"Ciee
yang makin deket sama Hyogo"Lanjut Lana yang membuatku bingung.
"Kok
Hyogo?"Tanyaku
"Iyakan?"
"Bukan
Laan!"
"Kalo
bukan dia siapa lagi?"kata lana yang tampak heran
"Ichi"
"Hah?
Ichi? Kok gue baru denger ya?"Tanya Lana yannbg membuatku sedikit heran,
biasanya Lana ini kan serba tau, siapa aja dia kenal, tukang parkir aja dia
bisa kenal masa Ichi dia ga kenal?
"Anak
IPA 4 juga kok"kataku
"Masa?"Ucap
Lana yang lalu segera mengambil ponselnya, sepertinya ia mengirim pesan pada
Shu menanyakan soal Ichi.
"Iyaaa,
yang pas gue kesana itu kan juga ngikutin Ichii"
"Yakin
Nay?"Ucap Lana, raut wajahnya berubah seketika.
"Ya
yakinlaah, emangnya kenapa sih?"
"Kata
Shu, dikelasnya ga ada yang namanya Ichi.."Ucap Lana yang menatapku
serius.
"Hahahah...
jangan bohong deh, gue tau kok elo lagi bohong"Ucapku sambil tertawa
"Gue
serius Nay! Kalo lo ga percaya, ayo kita kesana sekarang"aku hanya
menanggapinya dengan anggukan lalu pergi ke kelas IPA 4 dan menemui Shu.
***
Begitu
sampai di kelas Shu, Shu langsung memberikan buku absen kelas mereka yang
berisi nama-nama siswa kelas IPA 4. Aku menatapnya bingung, menerimanya lalu
membukanya dan mencari nama Ichi disana.
"Gimana nay?"Tanya Lana
Aku terdiam.
Nama Ichi ga
ada...?
"Tapi..
Gue yakin kok, dia waktu itu pernah Tapi.. Gue yakin kok, dia waktu itu pernah
liat dia masuk sini, dan gue juga ngejengukin dia kemaren di Rumah sakit."Jelasku
"Kalo
gitu ayo kita kerumah sakit pulang sekolah nanti"Ucap Lana, dan aku hanya
menyetujuinya karna aku yakin, Ichi ada disana..
***
Setelah
pulang, kamipun segera pergi ke rumah sakit.
"Misi
sus, pasien bernama Ichi ada diruangan mana ya?"Tanya Lana,
"Sebentar
saya cek dulu"kata suster itu,
"Buat
apa sih Lin nanya lagi, gue tau kok ruangannya"keluhku,
"Udah
elu diem aja, gimana sus?"
"Maaf,
di data kami tidak ada pasien bernama Ichi"
"Coba
di cek ulang deh sus, kemaren saya kesini kok ngejenguk dia,"kataku, aneh?
Kenapa ga ada?
"Tenang
Nay,"
"Aneh
banget deh, masa di rumah sakit sebesar ini bisa bikin kesalahan, salah
nuliskan nama pasien?ck!"Potongku,
"Atau
memang Ichi itu ga ada disini"Kata lana sambil menatapku
"Gamungkin
Lan! Kemaren gue kesini kok dan gue ketemu sama dia disana" kataku sambil
menunjuk lorong yangkemarin kulewati saat menjenguk Ichi.
"Yaudah
ayo kita kesana sekarang"Aku segera mengangguk dan melangkahkan kakiku
melewati lorong itu. Langkah kami terhenti saat sampai di depan ruangan itu.
Perlahan aku
membuka pintu itu, dan kutarik nafas panjang.
"Nay...
"
Aku terdiam.
Seketika mataku berkaca kaca. Dimana kamu Ichi?
"Mungkin
Ichi sudah pulang, atau mungkin aja..."
"atau
dia ga pernah ada disini?"potongku. Lana terdiam.
"sus,
pasien di ruangan ini kemana ya sus?"tanya Lina pada seorang suster yang
lewat.
"Seingat
saya, ruangan ini belum digunakan lagi sejak satu tahun yang lalu, mungkin kalian
salah kamar"jawab suster itu.
"GA MUNGKIN!
Pasti ada kesalahan! Kemaren gue kesini, gue ketemu sama Ichi.... Atau kalian
semua ngerjain aku? Hahaha.. congrat ya, kalian udah berhasil ngerjain aku.."Ucapku
"Tapi
Nay, kami ga ngerjain elo.."Ucap Lana
"Hahaha...Ternyata
lo jago banget aktingnya Lan, ga nyangka gue..."
"Gue ga
akting nay! Sadar nay! Ichi itu ga ada! Dia itu ga pernah ada! Mungkin dia itu cuma
halusinasi lo aja..."Kata Lana sambil menggungcang guncangku.
Air mataku
mengalir. Apa yang Lana katakan itu benar? Apa benar kamu itu ga pernah ada? Apa
kamu itu memang cuma halusinasiku aja? Lalu apa yang selama ini kita lalui?
Senyummu? Tawamu? Candamu? Permainan pianomu? Ichi? Aku butuh jawaban kamu...
"Nay,
mungkin kamu butuh istirahat.. biar gue anterin lo pulang"ucap Lana sambil
menggandengku dan mengantarkanku pulang.
"Udah
Nay, lo lupain aja Ichi"Itulah kalimat terakhir yang Lina ucapkan sebelum
ia berpamit pulang. Aku hanya bisa diam. Apa aku bisa melupakannya? Melupakan
semuanya?
Aku menatap
foto-foto yang pernah kita ambil bersama, di dalam foto itu kamu seolah menghilang.
Hanya ada aku disana, tak ada kamu... apa kamu benar-benar tak pernah ada?
***
Aku rindu,
rindu saat raga ini masih senantiasa dapat berdampingan di sampingnya. Di tempat ini kutemui senja seorang diri.
Matahari tetap bulat kuning berkilauan di balik pepohonan. Namun sinarnya tak
mampu menembus selubung hitan dalam hatiku. Kamu pergi, menghilang.. Kamu
bohong! Katamu kamu akan kembali dan kita akan bersama sama lagi menikmati
senja. Aku telah mempersiapkan sebuah senja di taman merah jambu dihatiku. Aku
telah melatih lidah ini untuk mengucapkan kata yang selama ini tertahan
diujungnya. "Aku mencintaimu.." Tapi kini semuanya tidak bermakna
lagi ketika kamu menghilang, seperti tidak pernah muncul di dunia..Ichi..
***
Aku menekan
tuts tuts itu, semakin cepat, semakin cepat. Kupejamkan kedua kelopak mataku,
hanya mendengar alunan Fantasie impromptu yang kumainkan. Aku mengingat saat
kita bersama chi, saat kamu pertama menyapaku, les privat piano, dan setiap
senja yang kita lalui bersama, semuanya begitu indah, tetesan air mata mulai
mengalir, semakin lama aku memainkan piano senja, kamu semakin melekat di
pikiranku. Jari jemariku terus bergerak, tapi lama kelamaan jariku mulai tidak
merasakan tuts tuts piano senja lagi. Aku seperti berpindah ke dimensi yang
berbeda.. Semuanya hilang.. Lenyap.. Kamu dan piano senja..
"Hey?"Aku
membuka kedua mataku sambil menguap, aku berada di ruang musik? Aku tertidur?
"Lo..Naya?"Refleks
aku mengangguk. Lalu aku mengalihkan pandanganku pada orang yang berbicara
padaku. Tepat saat itu aku menatap kedua bola mata yang begitu indah, yang
begitu kurindukan..
"I..chi?"Gumamku
pelan, terlalu pelan hingga mungkin kamu tak mendengarnya, kamu berdiri
didepanku, sambil memegang sebuah buku, buku musik milikku.
"Buku
ini tadi pagi jato pas kita bertabrakan,"kamu mengulurkan buku itu padaku,
aku mengambilnya. Ku perhatikan buku itu.. Buku itu buku yang kuhilangkan,
dihari aku bertemu dengan Ichi, dan aku memang bertabrakan dengan seseorang, apa
mungkin itu mimpi? Tapi mengapa begitu nyata? Apa ini keajaiban piano senja?
"Oh
iya, kenalin aku Ichi"kamu mengulurkan tanganmu, aku diam sejenak
memandangi tanganmu, perlahan tanganku bergerak dan menyambut tanganmu.
"Aku Naya.."Kamu
tersenyum, lalu menatap pantulan cayaha yang menerobos melalui jendela, aku pun
ikut menatap cahaya dari langit sore itu..
"Senja.."Gumamku,
"Lo
suka senja?"Tanyamu sambil menatapku.
"Ya..gue
suka,"jawabku sambil menatap keluar jendela.
"Gue
juga.."Kamu tersenyum.
Aku
menyentuh piano senja sambil mengelusnya pelan, piano senja telah
mempertemukanku denganmu, dan kini telah memberikan keajaibannya, membawaku
untuk memulai segalanya denganmu, tepat dititik awal..
Antara aku,
kamu dan piano senja..
“The End”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar