My story

Wellcome to my blog\(>.<)/

Selasa, 08 Februari 2011

For Love For Alyssa(Part4)


For Love For Alyssa(Part4)



Sejak kepergian Debo, Ify semakin menutup dirinya. Kenapa semua harus terjadi padanya?! Kenapa semua orang yang ia sayangi harus pergi meninggalkannya?!! Dulu kak Angel! Nenek! Dan sekarang Debo!!! Hanya itu yang ada di pikirannya sekarang.

Anak anak di Panti Karunia juga satu persatu pergi meninggalkan panti. Dan kini tinggal Ify sendiri di Panti. Entah mengapa, sudah berkali kali Ify mendengar ada seseorang yang datang ke sana, tapi orang itu tidak mengadopsi anak, lalu siapa dan untuk apa orang itu datang??

Ify sekarang lebih sering mengurung dirinya di kamar di banding keluar. Di luar kamarnya dia hanya dapat melihat sebuah ruangan kosong tanpa satu orangpun. Bu sarah juga sekarang jarang ada di rumah. Ify merasa sangat sendiri.

>> 

Pagi ini Bu Sarah membeli beberapa botol minyak. Katanya sih di titipi sama temannya, tapi siapa yang tau? Entahlah.

Dan entah mengapa Ify merasa sangat ngantuk saat ini. Padahal biasanya ia tak sengantuk ini. Ia berbaring di atas ranjangnya dan menutup matanya.

“Ify…Ify…Aku mohon kamu bangun Fy…”Suara itu terdengar sangat jelas di telinga Ify. Itu suara Debo. Terdengar sangat jelas…

“Bangunlah fy, Aku mohoonn…Bangunlahh…Bangun fy……”Suara Debo itu kembali terdengar di telinga Ify

Rasa panas mulai menyelimuti tubuh Ify. Keringat di tubuhnya bercucuran dengan sanagat deras dan semakin deras.  Perlahan mata Ify terbuka.

Merah. Warna itu berada di sekitarnya. Ify sangat kaget. Ia langsung terduduk di kasurnya. Apa ini? Ify mulai panik.

Ify berlari menuju pintu kamarnya, tapi terlambat si merah itu telah memakan daerah pintu kamarnya. Itu satu satunya pintu keluar dari kamar ini. Sekarang apa? Apa yang harus ia lakukan?

Si merah. Si merah yang tanpa rasa pamrih. Si merah yang tak bersahabat. Kini Ify hanya bisa tertunduk. Ify kembali berlari. Ke arah jendela yang tidak bisa terbuka di kamarnya.

“TOLOONG!!”Teriak Ify, tapi tiba tiba

‘Brukk!!’Sebuah kayu roboh dari arah atas kamar Ify.

“AAA!!!”Kayu itu menindih kaki Ify. Rasa sakit di kaki Ify semakin menyebar. Api yang berada di dekat kayu tersebut mulai menjalar kearah kayu yang menidih kaki Ify.

Nafas Ify mulai serasa sesak, mungkin karena asap itu sudah mulai memenuhi ruangan itu. Ify terus mencoba mengangkat kayu itu, tapi tenaganya tidak sekuat itu untuk mengangkat kayu berat itu.

“Arrgh…tolong”Gumam Ify sambil memegangi dadanya dangan erat.

‘Buk’Ify jatuh pingsan.

‘Tinut…tinut…’Hanya bunyi pemadam kebakaran dan ambulan yang terakhir kali di dengarnya.

>> 

Putih. Ify membuka matanya. Yang ia lihat semuanya hanya berwarna putih. Tak ada yang lain. ‘Dimana aku?’Batin Ify.

“Ify…”Panggil seseorang dari belakang. Ify membalikan tubuhnya.

“Debo!”Ify langsung berlari dan berhamburan di pelukan Debo. Debo membalas pelukan Ify.

“Aku kangen sama kamu Deb…”Kata Ify

“Aku juga fy…”

“Kamu ga boleh pergi dari aku Deb, aku gak mau kehilangan kamu lagi Deb…Aku sayang sama kamu…”Kata Ify.

“Aku juga sayang sama kamu fy, tapi aku ga mungkin tetap bersaam dengan kamu…Aku  harus pergi fy…”Kata Debo sambil melepaskan pelukannya.

“Ga Deb, kalo kamu pergi aku akan ikut, kemanapun kamu pergi”Kata Ify. Debo tersenyum kecut lalu menggelengkan pelan kepalanya.

“Kamu ga boleh ikut sama aku. Kamu masih punya kehidupan di sana…Takdir kamu bukan di sini…Kamu masih punya orang orang yang sangat menyayangi kamu di sana…sama seperti aku yang menyayangimu…Kamu harus kuat ya Fy…”Kata debo  perlahan pergi menjauh. Ify terus berlari mengejar Debo, tapi…itu sesuatu yang tak mungkin ia gapai…something that she can’t get…That she can’t reach…Debo

Perlahan Ify membuka kedua matanya. Kepalanya sangat sakit. Kini ia kembali berada di ruangan ini. Ruangan yang sangat identik dengan bau obat obatan.

“Kamu sudah sadar? Bagaimana keadaanmu?”Tanya seorangdokter yang beru saja memasuki ruangan itu.

“…”Ify masih diam. Dokter itu tersenyum tipis.

“Tampaknya kamu masih agak shyok atas peristiwa itu”Kata dokter tersebut sambil menyalakan televisi dan keluar dari ruangan itu.

>> 
*(sudut pandang : Ify)*

Sebuah gedung panti asuhan di jalan Harya mengalami kebakaran. Kebakaran itu tepatya terjadi di Panti asuhan Karunia”Kata seorang presenter acara. Aku menatap telivisi itu. Tanganku menggenggam erat tanganku. Selang selang oksigen itu terpasang di diriku.

Di perkirakan peristiwa itu diakibatkan oleh kelalayan orang yang sedang merokok dan membuang bekas rokok yang masih menyala itu di dekat minyak tanah di depan panti karunia tersebut. Dan karna panti tersebut terbuat dari kayu, api semakin cepat menyebar.”Aku hanya dapat mendengarnya. Mungkin ini memang takdirku. Menderita seperti ini.

“Peristiwa itu menelan 1 korban jiwa dan 1 orang luka bakar. Korban meninggal itu di perkirakan bernama SARAH FATIANA yang merupakan pengelolah panti asuhan tersebut. Dan korban luka bakar tersebut salah satu dari anak panti asuhan tersebut yang masih belum di ketahui identitasnya. Kerusakan itu ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. ”Jadi? Pelaku yang membakar panti bukan Bu Sarah? Lalu siapa orang yang tega membakar panti? Apa jangan jangan itu papa? Apa mungkin? Aku menutup mataku sebentar mataku…Tertidur? Takkan bisa. Aku takkan bisa tidur dalam keadaan seperti ini…Sangat membingungkan…

“Baiklah, kita beralih ke berita yang lain. Pasangan selebritis Dertabima Sandanata dan Challse Karitadara mengaku masih belum memiliki anak setelah anak mereka Angelica Marha Pieter(kalo gak salah ya,namanya juga dapet dari temen) yang sering di panggil dengan Agel yang meninggalkan mereka karna kecelakaan beberapa tahun yang lalu,, yah apa itu semua benar?”Mataku kembali terbuka. Aku menatap layer televisi itu. benar itu mama dan papa. Lalu kenapa mereka mengatakan seperti itu? apa mereka tidak pernah menganggapku sebagai anak mereka? Jadi apa aku selama ini? Hanya boneka pajangan yang tak pernah di anggap oleh mereka? Badanku sedikit bergerak. Berusaha untuk meraih remot tv yang berjarak agak jauh dari ranjangku. Argh…Sakiit……Mengapa rasanya begitu sakit? Kakiku sangat sakit…Tapi kenapa?

“Itu memang benar, Kami memang masih belum memiliki anak setelah Angel. Anak pertama kami. Satu satunya. Dan hingga sekarang menjadi yang terakhir…”Aku semakin tak kuat mendengarnya. Mataku sedikit memerah dan berair mendengarnya. Sungguh itu sangat menyakitkan. Aku takkan mampu lagi mendengar itu semua. Ini…

“Kami masih belum bisa melupakan Angel dan masih sedih atas kepergiannya beberapa tahun lalu”Mama……Aku terus berusaha mengambil remot itu hingga akhirnya aku bisa mendapatkannya. Langsung ku tekan tombol turn off yang berwarna merah itu dan kulempar remot itu dengan sangat kuat. Kutumpahkan semua rasa sakitku.

“ARGH!!!”Aku sedikit berteriak sambil memegangi kepalaku. Air mataku semakin membanjiri pipiku.

‘Debo? Kamu salah deb, kamu salah…Sekarang udah gak ada yang sayang sama aku…Udah gak ada……’Batinku sambil meneteskan air mataku.


Bersambung…
Lagi lagi melankolis? Ngebosenin ya?
Komen…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar